Di hadapan para klerus, biarawan-biarawati, seminaris dan para katekis di Katedral Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda di Dili, Paus Fransiskus mengajak kaum religius melestarikan dan menyebarkan keharuman Injil di Timor-Leste.
“Justru karena Timor-Leste berada “di ujung” dunia, Timor-Leste-lah “pusat Injil!”ujar Paus Fransiskus dalam kunjungannya pada Senin (09/09/2024).
Terlepas dari posisinya yang terpinggirkan di dunia, kata Bapa Suci, Timor Leste adalah pusat Injil, yang sering kali berfokus pada orang-orang yang terpinggirkan.
“Kita tahu, bahwa di dalam hati Kristus, ‘pinggiran eksistensial’ adalah pusatnya,” katanya, mengutip kata pengantar Uskup Norberto do Amaral dari Maliana, Ketua Konferensi Waligereja Timor-Leste.
Keharuman Kristus Adalah Anugerah
Paus kemudian merefleksikan karya dan tantangan kaum religius Timor Leste seperti yang dijelaskan padanya beberapa menit sebelumnya oleh seorang suster, seorang imam dan seorang katekis, memberi kesaksian. Bapa Suci menggambarkan apa yang mereka lakukan dengan kisah Maria dari Betania yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi yang mahal, dikutip dari Injil Yohanes.
Kisah ini, kata Paus, memberi tahu kita bahwa “keharuman Kristus dan Injil-Nya” adalah “anugerah yang harus kita lestarikan dan kita dipanggil untuk menyebarkannya.”
Dengan menggunakan metafora kayu cendana, yang berasal dari wilayah tersebut, ia mendesak para klerus, religius, dan katekis Timor-Leste untuk kembali ke esensi iman mereka, sambal membawa kaum religius pada kesadaran bahwa mereka adalah “bau wangi Kristus” di Timor-Leste.
Bapa Suci juga mengingatkan kaum religius bahwa bau wangi ini bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi “untuk mengurapi kaki Kristus, mewartakan Injil dan melayani orang miskin.”
Paus juga minta agar kaum religius waspada terhadap “kerohanian yang suam-suam kuku” yang selalu mengintai.
Lebih lanjut ia menekankan perlunya pertumbuhan yang berkelanjutan dalam pengetahuan tentang doktrin dan iman Kristen untuk membantu “memurnikan” budaya mereka dari praktik dan tradisi kuno dan terkadang takhayul yang mungkin bertentangan dengan ajaran Kristen.
Di sisi lain, Paus mendorong mereka untuk menghargai beberapa aspek yang indah dari budaya mereka, seperti kepercayaan akan kebangkitan dan penghormatan terhadap jiwa-jiwa orang mati.
Menyebarkan Injil
Paus Fransiskus selanjutnya mendorong para klerus dan pekerja gereja di Timor-Leste untuk “menyebarkan bau wangi” Injil dengan semangat dan keberanian sekaligus bersemangat misioner yang dinamis.
Paus menggunakan gambaran Maria yang memecahkan buli-buli pualam untuk mengurapi Yesus dan “Gereja yang bergerak” yang disebut Suster Rosa dalam kesaksiannya. Evangelisasi, kata Paus, terjadi ketika kita memiliki keberanian untuk memecahkan guci yang berisi wewangian, memecahkan tempurung’ yang sering kali menutup diri kita hanya untuk melayani kebutuhan pribadi kita.
Oleh karena itu, Paus menekankan perlunya dorongan baru atas upaya penginjilan di negara itu, yang berakar pada sejarah Kristen yang panjang, sehingga aroma Injil juga dapat mendorong rekonsiliasi, perdamaian, kasih sayang, dan keadilan setelah bertahun-tahun menderita perang.
Keharuman Injil, jelas Bapa Suci, merupakan bau wangi belas kasih, yang akan membantu orang miskin untuk bangkit Kembali. Ini harus disebarkan untuk memerangi penyakit sosial yang mempengaruhi masyarakat Timor-Leste, seperti kekerasan, alkoholisme, dan sikap tidak hormat terhadap perempuan.
Untuk mencapai tujuan ini, kata Paus, Timor Leste membutuhkan kaum religius dan katekis yang bersemangat, siap dan kreatif.