Pagi ini aku melihat rangkaian pengalaman yang Tuhan anugerahkan padaku di Bulan Agustus-September 2024 ini.
Aku akhirnya menyadari ketika Tuhan mau memakai kita untuk sebuah proyek Nya, maka semuanya harus terjadi. Walaupun tentu banyak hal yang harus kita alami baik yang kurang menyenangkan maupun yang menghibur kita.
Berawal dari sebuah niat ingin menghidupkan kembali basket SD-SMP yang hampir mati suri karena gaduh nya pembinaan di kota ini. Kemudian kami dipertemukan oleh seorang pria bertopi doreng yang mengaku sebagai pemerhati orang disabilitas.
Sebenarnya awalnya tidak ada yang nyambung secara jelas antara disabilitas dan pembinaan basket usia dini. Sampai muncul pemikiran bahwa kolaborasi eksibisi kursi roda di tengah pertandingan liga basket SD-SMP.
Tentu nilai tambahannya adalah edukasi untuk anak usia dini tentang saudara kita yang lain dari kita secara fisik. Belajar dari semangat hidup mereka. Sebuah perjuangan mengatasi keterbatasan fisik untuk terus berpretasi.
Proses eksekusi ide ini terus berjalan sampai kami menggandeng beberapa instansi untuk penyelenggaraan event ini.
Bukan tanpa kesulitan dan hambatan dalam prosesnya. Kami pun tidak tahu harus dari mana menemukan orang disabilitas yang mau main basket. Aku heran terhadap diriku sendiri : kenapa aku mau merepotkan diriku sendiri padahal beban hidupku sendiri sudah banyak. Tapi anehnya aku tidak bisa menolak.
Sepanjang jalan aku melihat mungkinkah aku menemukan mereka. Kesekuensi lain yang tergambar lalu juga muncul : “setelah ini apa lagi.?” Muncul juga pertanyaan: “apakah kalau ide ini berjalan aku jadi bagian yang mengeksploitasi mereka.?” Siapakah yang akan melanjutkan kalau team ini sudah terbentuk? Pikiranku betul-betul “crowded”. Tapi entah mengapa aku seperti harus mengikuti skenario yang aku sendiri tidak pahami.
Proses terus berjalan sampai terbentuklah team basket kursi roda berjumlah 6 orang. Tim yang hanya dimulai dari perkenalan dengan satu orang disabilitas lalu bertambah dan bertambah terus.
Sungguh miris mendengar sharring teman-teman disabilitas ini. Ternyata mereka seringkali dijadikan objek untuk kepentingan oknum oknum tertentu dengan mencari simpati dan memperkaya diri.
Hati ini berkata bahwa kami tidak akan menjadikan objek eksibisi untuk kepentingan kami. Kami ingin mereka menjadi subjek bagi dirinya sendiri dan masa depan mereka. Muncullah keterlibatan moralitas dalam diri kami.
Menerima konsekuensi moralitas ini berarti kami harus siap membantu mereka. Kami harus siap berkorban untuk mereka.
Awalnya kami seperti berjalan sendiri. Karena tidak ada dukungan dari pihak manapun. Tapi hanya keyakinan bahwa ini harus berjalan. Bahkan kamipun harus ke sana kemari untuk sekedar pinjam kursi roda medis.
Teman teman pelatih memang luar biasa. Alih alih mereka mendapat bayaran karena melatih mereka justru urunan untuk membayar lapangan.
Ketulusan inilah yang membuatku semakin ingin mengupayakan yang terbaik bagi siapapun termasuk temanku bertopi doreng yang menjebloskanku sejauh ini.
Rasanya aku sedang bermain di tempat yang aku tau bahwa aku harus ikut berkubang dalam sungai lumpur tanpa tahu kemana jejak kaki pandahuluku.
Tapi sungguh ajaib ketika aku berjalan tanpa tau mau kemana . Tuhan mengafirmasi banyak hal dalam hidupku.
Awalnya Tuhan mempertemukanku tanpa sengaja di sosial media dengan seorang yang ternyata membidangi basket kursi roda nasional. Entah mengapa setelah aku mengusahakan pertemuan di jakarta dengannya pintu pintu untuk team basket roda makin memberi harapan terselenggara dan harapan untuk masa depan mereka.
Kami tidak tau dana dari mana kami bisa mengupayakan mereka datang. Tapi nyatanya dengan keterbatasan kami mereka bisa memberikan coaching klinik di Purwokerto dan lebih hebatnya managemen tim nasional datang melihat event kami. Ternyata mereka sedang mencari atlit untuk Papernas 2024, Oktober nanti.
Semuanya seperti gayung bersambut. Teman-teman disabilitas seperti mendapat harapan baru untuk merubah nasib mereka.
Akhirnya puncak dari grandfinal liga basket SD-SMP Korem dengan eksebisi kursi roda berlangsung. Meski dengan modal dengkul bahkan sempat ada oknum oknum tertentu mau menumpangin karena dipikirnya kami banyak uang. Semua itu menjadi gado gado hidup dalam perjalan kami.
Satu jelas yang aku rasakan bahwa event kami ini mendekatkan yang tidak terjangkau menjadi terjangkau.
Anak anak yang tadinya terkotak kotak karena gengsi club menjadi satu bahkan memborong juara 1 menjadi wakil Banyumas.
Anak-anak yang selama ini tidak kenal dengan aparat TNI di kodim kodim. Menjadi kenal dekat karena perhatian dari bapak bapak TNI yang setia menyediakan kebutuhan anak anak.
Anak anak yang tadinya tidak tau bahwa ada saudara mereka yang disabilitas bisa berjuang dan berprestasi kini mereka tau bahwa keterbatasan fisik bukan halangan.
Para teman disabilitas yang tidak pernah menjangkau mimpi menjadi berprestasi dalam hidupnya menjadi makin lebih dekat lagi.
Temanku bertopi doreng yang sebelumnya tidak pernah bermimpi menjadi host dalam podcast akhirnya tampil dengan sangat memukau di salah satu media patner milik temanku yang punya kepedulian terhadap disabilitas. Kini kurasa temanku ini makin memiliki support system. Bahkan temanku ini sudah memiliki teman baru seorang host yang juga memiliki jiwa memberi dan namanya dikenal banyak orang.
Semoga misi mengumpulkan orang orang baik untuk proyek Tuhan bisa berjalan. Amin
Karena bukan aku tetapi memang Tuhan yang mau, kita hanya pensil ditangan Tuhan.
Lalu apa lagi???
Akhir dari refleksi ini aku sempat menitihkan air mata karena ketika aku mengeluh karena semua terasa tidak mudah papahku mengajari aku berdoa :
BAPA APA YANG HARUS AKU BERIKAN LAGI BAGIMU????
Amin.
🙏🙏🙏
Bersamaan 3-6 september 2024 dengan kedatangan Paus Fransiskus.