Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus di Indonesia meninggalkan kesan mendalam. Meski dirinya berada lagi di Vatikan, tapi pengalaman perjumpaan dengan Paus Fransiskus belum lekang. Bahkan, masih terus diperbincangkan oleh banyak orang di banyak kesempatan.
Satu hal menarik dari rangkaian kunjungannya ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura itu adalah Paus Fransiskus mengawali dan mengakhiri perjalanannya dengan berdoa kepada Maria. Tepatnya, di Basilika Santa Maria Maggiore.
Basilika Maria Maggiore merupakan basilika kepausan utama dan menjadi salah satu dari tujuh gereja peziarah Roma dan Gereja Maria Katolik terbesar di Roma, Italia. Diresmikan oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1838 dengan bula Caelestis Regina.
Sebelum memulai perjalanan kepausan terpanjangnya, Paus Fransiskus memohon berkat dan mempercayakan seluruh perjalanan tersebut pada perlindungan Maria. Demikian juga saat ia kembali ke Roma. Kebiasaan ini ia lakukan untuk perjalanan-perjalanan apostolik sebelumnya. Tak hanya itu, saban minggu pagi, ia sering menghabiskan waktu di tempat tersebut untuk berdoa kepada Bunda Maria.
Bahkan, dalam sepotong wawancara eksklusif dengan jurnalis asal Mexico, Paus Fransiskus sudah menyiapkan tempat pemakamannya bila kelak wafat. Tempat itu tak lain adalah Basilika Santa Maria Maggiore.
Saya ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Saya sudah berjanji kepada Perawan Maria. Karena itu merupakan salah satu devosi terbesar saya. Saya memiliki ikatan yang sangat erat dengan Maria.”
Paus Fransiskus
Kecintaannya pada Bunda Tuhan ini juga ia ekspresikan melalui bagi-bagi rosario dan berkat kepada orang-orang yang ia temui selama kunjungan apostoliknya. Banyak umat di Indonesia yang begitu girang mendapat berkat dan rosario langsung dari Paus Fransiskus. Menurut pengakuan banyak orang yang menerima rosario tersebut, itu bukan kebetulan melainkan mukjizat.
Mencintai Maria
Dalam banyak kesempatan, Paus Fransiskus mengundang umat Katolik untuk berpaling kepada Bunda Maria dan mendoakan rosario. “Jika kita ingin menjadi orang Kristen, kita harus menjadi ‘Marian’, yaitu ‘anak-anak Maria’,” ujarnya saat Misa Hari Raya Santa Maria Bunda Allah pada 1 Januari 2024, di Basilika Santo Petrus.
Menurut Paus Fransiskus, keibuan Maria merupakan jalan yang membawa kita kepada kelembutan kebapaan Allah, jalan yang paling dekat, paling langsung, dan paling mudah: inilah ‘gaya’ Allah – kedekatan, belas kasih, dan kelembutan.
“Sungguh, Sang Bunda membawa kita ke awal dan inti iman, yang bukan teori atau tugas, melainkan anugerah tak terbatas yang menjadikan kita anak-anak yang dikasihi, tabernakel kasih Bapa,” katanya.
Oleh karena itu, menerima Sang Bunda ke dalam hidup kita bukanlah sekadar perihal devosi, melainkan sebuah keharusan iman.”
Paus Fransiskus
Paus juga mengajak Gereja dan setiap masyarakat untuk menghormati, membela, dan menghargai perempuan dengan kesadaran bahwa siapa pun yang menyakiti seorang perempuan telah menodai Tuhan, yang “lahir dari seorang perempuan.”
“Maria tahu kebutuhan kita; dia berdoa agar rahmat meluap dalam hidup kita dan membimbing mereka menuju pemenuhan yang sejati. Kita semua memiliki kekurangan, saat-saat kesendirian, kekosongan batin yang berseru untuk diisi. Siapa yang dapat mengisi kekosongan kita jika bukan Maria?” kata Paus Fransiskus.
Pengalaman sekaligus ungkapan tentang Maria tersebut menyatakan dengan tegas bahwa Maria mendapat tempat terbaik di hati Paus Fransiskus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga menerima Maria di dalam rumah kita?