Kamis, 26 September 2024.
Kamis Pekan Biasa XXV.
Warna Liturgi: Hijau.
Bacaan.
Pkh 1:2-11.
Mzm 90:3-6.12-14.17.
Luk 9:7-9.
MAU BARU
Pada titik-titik tertentu dalam kehidupan, manusia ingin mandi ketika badannya terasa kotor atau paru-parunya terasa sesak atau matanya terasa kabur.
Tidak sedikit orang yang ingin sesekali membarui penampilan atau hidupnya atau tabiatnya (dengan mengubah tata-lahir dalam bergerak, berkata-kata, berpakaian, atau bersolek dengan mengganti daerah tempat tinggalnya atau dengan pelbagai cara hidupnya), bahkan kalau sering kali sulit sekali mengubah kebiasaan buruk, seperti caranya memperlakukan sesama, berbohong atau menipu atau mengambil milik orang lain, atau mudah membenci sesama.
Hal itu lebih terasa lagi, kalau terasa hampir dipanggil Tuhan. Betapa orang “MAU BARU” sampai ke lubuk hati yang terdalam.
Refleksi Kita :
Apa kita merasa perlu untuk “membarui hidup demi bahagia?”
Apakah kita kadang mengikuti godaan guna memberi kesan pada sesama, bahwa lebih baik? Tertarik untuk mengubah diri?
BACAAN I: PENGKHOTBAH 1: 2-11 :
Rasa jemu atau bosan, kadang diperlihatkan seakan-akan dikunyah-kunyah orang, sehingga terlihat berasa pahit dan tidak menyebabkan hidup itu nikmat dan membahagiakan.
Hal itu dirasakan oleh banyak pribadi, segala keluarga dan bangsa.
Dalam Perjanjian Lama hal itu diajarkan oleh Kaum Cerdik Pandai, dalam membangun Keluarga Besar Bangsa Terpilih.
Sesudah beberapa waktu senang dalam keramaian, pada suatu titik, kita didorong untuk MAU YANG BARU, dalam beberapa segi kehidupan, secara perseorangan atau dalam komunitas, sampai ke hati terdalam?
Refleksi Kita :
Sejauh manakah kita sering memimpikan hidup baru? Seberapa besar hasrat kita untuk mencicipi hal baru?
Betapa kita sering terusik untuk memenuhi hasrat yang mendesak “MAU BARU”: sungguh baru, ataukah hanya pura-pura ganti tata-lahir atau tata-langkah-semua saja.
Ataukah kita mengajak teman dan keluarga untuk mengubah cara hidup?
BACAAN INJIL: Luk 9:7-9 mengingatkan kita akan pertumbuhan hidup seseorang seperti Herodes, yang pernah mengalami warna buruk dalam hidupnya, ketika peristiwa Yohanes Pembaptis; namun kemudian merasakan keinginan MAU BARU.
Hal itu mendorongnya untuk digerakkan oleh hasrat guna ketemu Guru Kehidupan. Ziarah Batin itu didengar oleh para Murid Kristus.
Sementara itu, Tuhan Yesus mengajak semua murid-Nya untuk tetap setia pada “apa yang nyata ada mengarah Allah?”.
Refleksi Kita :
Sejauh manakah kita kadang kala dikunjungi hasrat untuk berdekatan dengan Tuhan?.
Bagaimana sambutan kita apabila disentuh Allah yang mendekati kita. Inginkah kita menemukan hasrat ‘MAU BARU’?
Sementara itu kita diundang seperti Thomas untuk hidup baru. Dengarkah kita panggilan Tuhan untuk mencari Hidup yang lebih rohani dengan rekoleksi atau retret? Seberapa siap hati kita terbuka pada Allah, yang menjamah kita untuk masih memberi berkah?
BSMSJ-AMDG