Kehidupan manusia sering kali diwarnai oleh rasa kesepian, perjuangan, dan tantangan. Dalam menghadapi semua itu, kita diingatkan untuk kembali kepada panggilan Tuhan, merasakan kehadiran-Nya di tengah segala kesulitan, serta melangkah dengan iman yang teguh. Renungan hari ini, yang mencakup bacaan dari 2 Timotius 4:10-17a, Lukas 10:1-9, serta perayaan Pesta Santo Lukas Penginjil, menawarkan sebuah perjalanan reflektif tentang kesetiaan, misi pewartaan, dan panggilan untuk menyembuhkan—hal-hal yang sangat relevan dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.
1. Kesetiaan di Tengah Kesendirian: Refleksi atas 2 Timotius 4:10-17a
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus mengungkapkan rasa kesepiannya yang mendalam. “Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku,” kata Paulus dengan nada yang penuh luka, mencerminkan rasa pengkhianatan yang ia rasakan (2 Timotius 4:10). Orang-orang yang pernah bersamanya dalam pelayanan sekarang telah pergi. Bahkan, Paulus merasakan bahwa di saat-saat genting, saat ia menghadapi kesulitan besar, tak ada seorang pun yang berdiri di sisinya. Di tengah kesepiannya, Paulus menemukan kekuatan bukan dari dukungan manusia, melainkan dari Tuhan sendiri: “Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya melalui aku pemberitaan Injil itu dapat diselesaikan” (2 Timotius 4:17).
Kisah ini begitu relevan bagi kita yang mungkin pernah atau sedang merasa kesepian dalam menjalankan panggilan hidup. Mungkin, dalam pekerjaan, pelayanan, atau hubungan, kita merasa ditinggalkan atau dikhianati. Namun, Paulus mengajarkan bahwa di tengah kekecewaan dan kesendirian, Tuhan selalu hadir untuk mendampingi dan memberi kekuatan. Kesetiaan kepada panggilan Tuhan tidak ditentukan oleh apakah orang lain ada di sisi kita, tetapi oleh keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dalam setiap perjuangan, Tuhan ada di sana, mendampingi dan memberi kita kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang telah dipercayakan kepada kita.
Paulus juga memberi contoh bagaimana tetap setia meskipun jalan yang dihadapi penuh tantangan. Ia tidak menyerah atau tenggelam dalam kesedihan. Sebaliknya, ia melihat kesulitan sebagai bagian dari panggilannya. Bagi kita, ini adalah undangan untuk tetap setia dalam panggilan kita, bahkan ketika kita merasa terisolasi. Kekuatan kita ada dalam Tuhan, yang tidak akan meninggalkan kita di dalam kesendirian, tetapi selalu menguatkan kita untuk menyelesaikan misi-Nya.
2. Misi dan Tugas Pewartaan: Refleksi atas Lukas 10:1-9
Dalam Injil Lukas 10:1-9, Yesus mengutus 72 murid untuk pergi ke berbagai tempat yang akan dikunjungi-Nya. Tugas mereka sangat sederhana: membawa damai dan menyembuhkan yang sakit, serta mengabarkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Namun, Yesus memberikan satu instruksi yang luar biasa: “Jangan membawa pundi-pundi, bekal, atau kasut” (Lukas 10:4). Ini adalah perintah yang tampaknya bertentangan dengan logika manusia. Bagaimana mungkin mereka menjalankan misi tanpa membawa apa-apa?
Jawabannya terletak pada kepercayaan total kepada Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatan untuk menjalankan misi tidak bergantung pada apa yang kita miliki secara duniawi, melainkan pada penyelenggaraan ilahi. Para murid diutus tanpa banyak bekal agar mereka belajar mengandalkan Tuhan dan bukan kekuatan sendiri. Mereka membawa pesan damai ke setiap rumah yang mereka kunjungi, menawarkan penyembuhan dan harapan kepada mereka yang membutuhkannya.
Dalam konteks kehidupan kita, panggilan untuk menjadi pembawa damai dan penyembuh tetap sama. Meskipun kita mungkin merasa tidak memiliki cukup bekal atau kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas besar yang ada di depan kita, Yesus mengingatkan kita bahwa misi ini adalah milik Tuhan, dan Tuhan yang akan mencukupi apa yang kita butuhkan. Kita hanya perlu berani melangkah dengan iman, mempercayakan diri kepada Tuhan yang akan memampukan kita untuk menjadi instrumen kasih dan damai-Nya.
Tugas para murid juga bukanlah sesuatu yang mudah. Mereka tidak selalu diterima dengan baik, bahkan mungkin menghadapi penolakan. Namun, Yesus mengajarkan bahwa keberhasilan misi mereka tidak diukur dari tanggapan orang, tetapi dari kesetiaan mereka dalam menjalankan tugas. Dalam hidup kita, kita juga mungkin menghadapi kegagalan atau penolakan, tetapi yang penting adalah tetap setia pada misi yang Tuhan berikan kepada kita.
3. Pewartaan dan Penyembuhan: Refleksi atas Pesta Santo Lukas Penginjil
Hari ini, Gereja merayakan pesta Santo Lukas, salah satu dari empat penginjil. Lukas tidak hanya dikenal sebagai penulis Injil yang mendalam dan penuh kasih, tetapi juga seorang dokter, seorang yang membawa kesembuhan. Injil Lukas menekankan Yesus sebagai Sang Penyembuh, baik secara fisik maupun spiritual. Lukas menghadirkan Yesus sebagai sosok yang peduli pada orang-orang yang terpinggirkan, orang miskin, sakit, dan mereka yang terluka baik di tubuh maupun di hati.
Dalam perannya sebagai penginjil, Lukas tidak hanya menceritakan kisah-kisah Yesus, tetapi juga menampilkan Tuhan yang penuh belas kasih dan penyembuh. Pesta Santo Lukas mengingatkan kita bahwa panggilan kita sebagai pengikut Kristus bukan hanya untuk mewartakan Injil, tetapi juga untuk membawa kesembuhan bagi dunia yang terluka. Sama seperti Lukas, kita diundang untuk menjadi instrumen penyembuhan dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat kita. Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana—mendengarkan dengan sabar, memberikan perhatian, atau membantu orang yang sedang dalam kesulitan.
Dalam dunia yang penuh dengan penderitaan, ada banyak orang yang membutuhkan kehadiran Tuhan melalui tindakan nyata kita. Seperti Santo Lukas, kita dipanggil untuk menghadirkan cinta dan kesembuhan Tuhan kepada mereka yang paling membutuhkan. Tugas kita adalah menjadi tangan dan hati Tuhan yang menyentuh dan mengangkat orang-orang yang terluka.
Kesimpulan: Misi yang Tak Pernah Usai
Kesetiaan Paulus, tugas para murid, dan pelayanan Santo Lukas mengajarkan kita bahwa panggilan dan misi kita sebagai pengikut Kristus tidak pernah mudah, tetapi penuh makna. Kita dipanggil untuk tetap setia, meskipun terkadang kita merasa sendirian seperti Paulus. Kita diutus untuk membawa damai dan harapan seperti para murid yang diutus Yesus. Dan kita dipanggil untuk menjadi penyembuh, seperti Santo Lukas yang menyembuhkan jiwa dan raga dengan kasih Kristus.
Dalam setiap langkah kita, Tuhan selalu menyertai, memberi kekuatan, dan memampukan kita untuk menyelesaikan misi yang telah dipercayakan kepada kita. Panggilan ini bukanlah sesuatu yang berat jika kita bersandar pada Tuhan, karena Ia yang akan memampukan kita untuk menjadi terang bagi dunia yang membutuhkan kasih dan penyembuhan-Nya.