Jumat, 25 Oktober 2024
Efesus 4:1-6 adalah bagian dari surat Rasul Paulus yang menekankan persatuan dan panggilan untuk hidup sesuai dengan identitas sebagai umat Allah. Di sini, Paulus mengajak umat percaya untuk “hidup layak” sesuai dengan panggilan mereka, dan fokus pada kebajikan seperti rendah hati, lemah lembut, sabar, serta saling mengasihi. Bagian ini juga menekankan bahwa umat Kristen dipanggil untuk menjaga kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera.
Teolog seperti F.F. Bruce dan John Stott menekankan bahwa Paulus mengaitkan doktrin tentang kesatuan gereja dengan kehidupan sehari-hari umat. Bruce mencatat, kesatuan ini didasarkan pada fakta semua orang percaya dipanggil untuk menjadi bagian dari satu tubuh dalam Kristus, sementara Stott menekankan pentingnya pengamalan kebajikan seperti kerendahan hati dan kesabaran sebagai bentuk praktis dari menjaga kesatuan ini. Stott juga menyoroti pentingnya “satu tubuh, satu Roh, satu harapan,” yang menunjukkan kesatuan, bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga komunitas yang tampak dalam hidup bersama.
Pada dasarnya, Paulus tidak hanya bicara tentang kesatuan yang abstrak, tetapi tentang kesatuan yang diwujudkan dalam kehidupan gerejawi. Ini bukan hanya tentang bagaimana orang Kristen harus berelasi dengan Tuhan, tetapi juga bagaimana mereka harus berelasi satu sama lain. Kesatuan ini didasarkan pada pengakuan akan satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan. Dengan demikian, umat Allah dipanggil untuk menghindari perpecahan dan untuk bekerja sama dalam kasih.
Lukas 12:54-59 berbicara tentang panggilan Yesus kepada orang-orang untuk memahami “tanda-tanda zaman” dan mendamaikan diri mereka sebelum terlambat. Yesus mengecam orang banyak yang mampu memahami tanda-tanda cuaca tetapi gagal memahami tanda-tanda spiritual dan moral di sekitar mereka. Ini adalah panggilan untuk bertobat dan bertindak sebelum terlambat, mengacu pada pentingnya menghindari penghakiman yang akan datang dengan segera bertindak dalam kebenaran.
Teolog terkenal seperti William Barclay menyoroti aspek eskatologis dari bagian ini. Barclay berpendapat Yesus sedang memperingatkan bahwa orang harus mampu membaca situasi dunia dan keadaan rohani mereka dengan lebih baik daripada sekadar membaca tanda-tanda fisik. Yesus ingin para pendengar-Nya menyadari waktu penghakiman sudah dekat, dan mereka harus mendamaikan diri dengan Allah dan sesama sebelum penghakiman itu tiba.
Ahli tafsir lainnya, N.T. Wright, menyoroti peran nalar dan kebijaksanaan praktis dalam memahami kehendak Allah di tengah dunia. Wright menyebutkan bahwa peringatan Yesus adalah panggilan untuk bertindak segera sebelum terlambat, menghindari “pengadilan akhir” yang akan datang. Bagi Wright, narasi ini menunjukkan pentingnya tindakan cepat dalam menghadapi masalah moral dan spiritual.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, panggilan untuk menjaga kesatuan dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan tetap relevan. Seperti ditegaskan dalam Efesus 4:1-6, kita dipanggil untuk hidup dalam persatuan, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama, diikat oleh kasih dan damai sejahtera. Dalam dunia yang penuh dengan perpecahan dan egoisme, kebajikan seperti rendah hati, lemah lembut, dan sabar menjadi nilai-nilai yang harus kita pelihara untuk menjaga keutuhan komunitas iman.
Namun, kita juga dihadapkan pada tantangan untuk memahami “tanda-tanda zaman,” seperti yang diungkapkan dalam Lukas 12:54-59. Yesus menegur mereka yang gagal melihat kenyataan spiritual di sekeliling mereka, dan ini adalah pengingat bagi kita untuk tidak hanya fokus pada masalah-masalah duniawi tetapi juga pada bagaimana kita menyiapkan diri menghadapi kedatangan Tuhan. Kita dipanggil untuk bertindak segera dalam menghadapi isu-isu yang ada di hadapan kita, baik itu dalam hal pertobatan, hubungan dengan sesama, atau pelayanan kita kepada Tuhan.
Kesatuan yang diuraikan oleh Paulus dalam Efesus adalah kesatuan yang bukan hanya bersifat doktrinal, tetapi nyata dalam kehidupan bersama. Kita dipanggil untuk hidup dalam kesatuan yang mencerminkan kasih Tuhan yang tak terbagi. Dalam hal ini, Lukas memberikan tambahan bahwa kita harus mampu membaca tanda-tanda Tuhan dalam hidup kita, agar kita tidak terjebak dalam rutinitas tanpa makna atau terlambat menyadari kebutuhan untuk bertindak dalam kebenaran.
Refleksi ini menjadi undangan bagi kita semua untuk memeriksa hidup kita: sudahkah kita memelihara kesatuan dalam kasih dengan sesama dan mengakui tanda-tanda yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari?
DAFTAR PUSTAKA:
- Barclay, William. The Gospel of Luke. Westminster John Knox Press, 1975.
- Bruce, F.F. The Epistle to the Ephesians. Revell, 1984.
- Stott, John R.W. The Message of Ephesians: God’s New Society. InterVarsity Press, 1979.
- Wright, N.T. Luke for Everyone. Westminster John Knox Press, 2004.
- Brown, Raymond E. The Churches the Apostles Left Behind. Paulist Press, 1984.
- Marshall, I. Howard. The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek Text. Eerdmans, 1978.
- Lincoln, Andrew T. Ephesians. Thomas Nelson, 1990.