Sabtu, 26 Oktober 2024
Bacaan pertama hari ini (Sabtu, 26 Oktober 2024) Efesus 4:7-16 mengajak kita untuk merenungkan kasih karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang percaya. Dalam suratnya, Paulus menekankan bahwa karunia yang diterima masing-masing individu bertujuan membangun tubuh Kristus yang adalah Gereja. John Stott, dalam bukunya The Message of Ephesians (1984), menggarisbawahi bahwa karunia ini bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk membangun komunitas iman. Stott menegaskan bahwa setiap karunia adalah wujud kasih karunia Kristus yang ingin menyatukan dan memperkuat Gereja.
Kesatuan dalam tubuh Kristus ini tidak berarti seragamnya fungsi atau karunia yang diterima, melainkan kesediaan untuk saling melengkapi. William Barclay, dalam The Letters to the Galatians and Ephesians (1976), berpendapat bahwa kesatuan dalam gereja dicapai dengan menerima keragaman karunia yang Kristus berikan. Barclay menekankan bahwa setiap anggota jemaat berperan dalam membangun Gereja sebagai satu tubuh, dan kesatuan tercipta justru melalui keragaman tersebut.
Lebih jauh, Paulus juga menyerukan kepada jemaat untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman sehingga “tidak lagi seperti anak-anak” yang mudah terombang-ambing oleh ajaran yang keliru (Ef. 4:14). F.F. Bruce, dalam The Epistles to the Colossians, to Philemon, and to the Ephesians (1984), menguraikan bahwa kedewasaan iman ini hanya tercapai ketika seluruh jemaat berkomitmen untuk memahami dan menjalankan ajaran Kristus dalam hidup sehari-hari. Bruce menyebut bahwa kedewasaan rohani melindungi kita dari ajaran palsu, dan hanya bisa dicapai dalam komunitas yang saling mendukung untuk bertumbuh dalam kebenaran.
Pertobatan dan Kesabaran Allah
Sementara itu, Lukas 13:1-9 memperlihatkan dua kejadian tragis—kematian orang-orang Galilea di tangan Pilatus dan runtuhnya menara Siloam—yang dijadikan Yesus sebagai peringatan agar setiap orang bertobat. N.T. Wright dalam Luke for Everyone (2004) menegaskan bahwa Yesus tidak menganggap tragedi tersebut sebagai hukuman langsung dari Allah, tetapi sebagai panggilan bagi manusia untuk introspeksi. Wright mengingatkan bahwa setiap orang membutuhkan pertobatan yang sejati, bukan sekadar perubahan perilaku tetapi juga perubahan hati yang mendalam.
Selanjutnya, perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah melambangkan kesabaran Allah yang memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat. Leon Morris, dalam The Gospel According to Luke (1988), menggarisbawahi bahwa perumpamaan ini menunjukkan bagaimana Allah tidak segera menghukum manusia, melainkan bersabar dan memberi kesempatan bagi mereka untuk bertumbuh dan menghasilkan buah dalam kehidupan. Namun, Morris mengingatkan bahwa kesempatan ini tidak berlangsung selamanya; pada akhirnya, Allah mengharapkan respons nyata dari kita.
Craig S. Keener dalam The IVP Bible Background Commentary: New Testament (1993) menekankan pentingnya tanggung jawab moral dalam pertobatan. Menurut Keener, Yesus dalam Lukas 13:1-9 mengajarkan bahwa meskipun kita mungkin tidak memahami sepenuhnya alasan di balik tragedi, kita dipanggil untuk menanggapinya dengan pertobatan sejati dan kehidupan yang menghasilkan buah kebaikan.
Pertobatan Sejati
Kedua bacaan pada dasarnya mengajarkan kita tentang panggilan sebagai anggota tubuh Kristus dan pentingnya pertobatan yang sejati. Efesus 4:7-16 mengingatkan bahwa setiap orang memiliki karunia unik yang perlu digunakan untuk membangun gereja sebagai tubuh Kristus, seperti yang ditekankan Stott dan Barclay. Dalam keragaman karunia inilah kita menemukan kekuatan bersama untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani, sebagaimana dijelaskan oleh Bruce.
Sementara itu, Lukas 13:1-9 mengajak kita untuk memahami bahwa kesempatan hidup adalah pemberian yang mengandung panggilan pertobatan, sebuah tema yang N.T. Wright dan Leon Morris angkat dalam karya mereka. Kesabaran Allah memberi kita waktu untuk bertobat, namun kesempatan ini mengandung tanggung jawab moral yang harus kita tanggapi dengan serius, seperti yang diuraikan Keener.
Refleksi ini menantang kita untuk membawa buah kebaikan melalui karunia-karunia yang kita terima, sekaligus bertobat dalam hati dan perilaku. Kedewasaan rohani dalam komunitas yang saling mendukung, serta pertobatan yang nyata dalam hidup sehari-hari, adalah wujud nyata dari panggilan kita sebagai anggota tubuh Kristus.
Daftar Pustaka:
- Barclay, William. The Letters to the Galatians and Ephesians. Edinburgh: Saint Andrew Press, 1976.
- Bruce, F.F. The Epistles to the Colossians, to Philemon, and to the Ephesians. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1984.
- Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1993.
- Morris, Leon. The Gospel According to Luke. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1988.
- Stott, John. The Message of Ephesians. Leicester: InterVarsity Press, 1984.
- Wright, N.T. Luke for Everyone. London: SPCK, 2004.