Refleksi Pemberkatan Gereja Basilika Lateran: Menggali Makna dari Bacaan Liturgi
Hari ini, Sabtu, 9 November 2024, kita merayakan pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran, yang bukan hanya merujuk pada bangunan fisik, tetapi juga pada pemaknaan mendalam mengenai Gereja sebagai Tubuh Kristus. Pemberkatan Gereja ini mengajak kita untuk merenungkan makna tempat suci dalam hidup kita sebagai umat beriman, sebagai suatu simbol penyatuan kita dalam Kristus.
Tiga bacaan liturgi hari ini—Yehezkiel 47:1-2.8-9.12, 1 Korintus 3:9b-11.16-17, dan Yohanes 2:13-22—menjadi landasan untuk menyelami makna lebih dalam tentang tempat kudus dan penyucian yang terjadi dalam kehidupan kita. Mari kita telaah masing-masing bacaan dan refleksikan bagaimana semuanya berkaitan dengan Gereja, baik sebagai bangunan fisik, maupun sebagai tempat perjumpaan hidup kita dengan Allah.
Air Kehidupan dan Pembaruan
Bacaan pertama dari Kitab Yehezkiel mengungkapkan visi Yehezkiel mengenai air yang mengalir dari Bait Suci, menghidupkan segala sesuatu yang dilewatinya. Air ini membawa pembaruan, kesembuhan, dan kehidupan yang berlimpah. Ayat-ayat ini menggambarkan dengan indah bagaimana air yang berasal dari tempat kudus memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan membawa hidup kepada segala yang mati.
Yehezkiel melihat air yang mengalir dari Bait Suci sebagai simbol penyucian dan pembaruan yang datang dari Tuhan. Dalam konteks Gereja, air ini melambangkan Sakramen Baptis yang mengalirkan kehidupan dan pembaruan kepada setiap orang yang menerimanya. Ketika kita merenungkan pesta pemberkatan Gereja Basilika Lateran, kita diingatkan bahwa Gereja bukan hanya bangunan, tetapi tempat yang mengalirkan rahmat Tuhan kepada umat-Nya.
Ahli tafsir seperti Gerald A. Larue, dalam Old Testament Life and Literature (1968) menyebutkan, air yang mengalir dari Bait Suci dalam Kitab Yehezkiel mengisyaratkan kemakmuran spiritual yang datang melalui hubungan umat dengan Tuhan. Air ini adalah lambang dari Roh Kudus yang memberi kehidupan kepada seluruh umat manusia, membawa pemulihan kepada hati yang kering dan memberi kekuatan untuk terus melangkah dalam iman.
Gereja sebagai Rumah Allah
Paus Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, menyatakan bahwa kita adalah “rekan sekerja Allah,” dan Gereja adalah tempat di mana Allah hadir. Ia menggambarkan Gereja sebagai bangunan spiritual yang dibangun dengan fondasi Yesus Kristus. Dalam bacaan ini, Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam membangun Gereja harus memperhatikan dasar yang kokoh, yakni Kristus.
Gereja yang dimaksud di sini bukan hanya bangunan fisik, melainkan setiap pribadi yang dipanggil menjadi bagian dari Tubuh Kristus. Sebagai umat beriman, kita dipanggil untuk menjadi “batu hidup” yang membangun Gereja melalui tindakan kasih, persatuan, dan pelayanan kepada sesama. Saat kita merayakan pemberkatan Gereja, kita diajak untuk merenung: Apakah hidup kita mencerminkan Gereja yang penuh dengan kasih dan kehadiran Allah?
Hans Urs von Balthasar, dalam The Glory of the Lord: A Theological Aesthetics (1982) menyatakan, Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah kenyataan misterius yang mengundang umat untuk berpartisipasi dalam kehidupan ilahi. Gereja bukan hanya sebuah lembaga, tetapi juga tempat perjumpaan antara Allah dan umat manusia yang berlandaskan pada iman yang kuat kepada Kristus.
Rumah Bapa yang Disucikan
Dalam Injil Yohanes, Yesus menunjukkan kemarahan-Nya di Bait Allah ketika ia melihat pedagang-pedagang menjadikan tempat ibadah sebagai pasar. Yesus membersihkan Bait Allah, mengingatkan bahwa rumah Tuhan seharusnya menjadi tempat doa, bukan tempat untuk mencari keuntungan.
Tindakan Yesus ini menggambarkan bahwa tempat suci, yaitu Gereja, harus tetap dijaga kesuciannya, sebagai tempat pertemuan langsung dengan Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diingatkan bahwa Gereja tidak hanya sebuah gedung yang dijaga, tetapi hidup dalam setiap hati umat yang berkumpul di sana. Yesus mengajarkan kita untuk tidak hanya menjaga kebersihan fisik tempat ibadah, tetapi juga menjaga kebersihan hati kita agar tetap layak menjadi “tempat kediaman” Allah.
The New Jerome Biblical Commentary (1990) menyebutkan bahwa tindakan Yesus di Bait Allah adalah simbol pengudusan yang harus terjadi dalam hati setiap orang. Yesus tidak hanya membersihkan tempat ibadah, tetapi juga mengajak kita untuk membersihkan hati kita dari segala bentuk kemunafikan dan keinginan duniawi.
Gereja Sumber Hidup
Kita bisa melihat ketiga bacaan ini mengajak kita untuk menghayati makna Gereja dalam kehidupan kita sehari-hari. Gereja yang diberkati adalah tempat yang hidup, di mana air kehidupan mengalir melalui sakramen-sakramen yang kita terima. Seperti air yang menghidupkan dan menyembuhkan, Gereja memberi kita kesempatan untuk mengalami pertumbuhan rohani yang terus-menerus. Seperti dalam Kitab Yehezkiel, gereja adalah sumber hidup yang membawa kesembuhan bagi jiwa yang haus.
Namun, kita juga diajak untuk menjaga Gereja tetap suci, baik dalam bentuk fisiknya maupun dalam kehidupan rohani kita. Seperti yang ditekankan dalam Injil Yohanes, tempat ibadah harus tetap menjadi tempat yang suci, tempat kita berjumpa dengan Tuhan dalam doa dan sakramen.
Bacaan dari 1 Korintus juga mengingatkan kita bahwa setiap orang berperan dalam membangun Gereja. Kehidupan kita sendiri harus menjadi bagian dari bangunan ini. Dengan berbagi kasih, pelayanan, dan perhatian kepada sesama, kita berkontribusi dalam memperkuat Tubuh Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diwujudkan dalam tindakan konkret seperti membantu sesama, menjaga persatuan dalam komunitas, dan menjaga kesucian hati dalam segala aspek kehidupan.
Mengalirkan Rahmat
Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran mengajak kita untuk merenungkan betapa dalamnya makna Gereja bagi hidup kita. Gereja adalah tempat yang mengalirkan rahmat Allah, tempat kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam pembangunan spiritual. Melalui pembaruan rohani yang datang dari sakramen-sakramen dan melalui panggilan untuk menjaga kesucian hidup kita, kita menjadi bagian dari Gereja yang lebih besar, yaitu Tubuh Kristus. Semoga kita semua mampu menjaga kesucian Gereja dalam diri kita dan menjadi saksi kasih Allah di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA :
Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2006.
Brown, Raymond E. The Gospel According to John (I-XII). Garden City: Doubleday, 1966.
Fitzmyer, Joseph A. First Corinthians: A New Translation with Introduction and Commentary. Anchor Bible, Vol. 32. New York: Doubleday, 2008.
The New Jerome Biblical Commentary. Edited by Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer, and Roland E. Murphy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1990.
Larue, Gerald A. Old Testament Life and Literature. Boston: Allyn and Bacon, 1968.
Balthasar, Hans Urs von. The Glory of the Lord: A Theological Aesthetics. San Francisco: Ignatius Press, 1982.
Lumen Gentium. Dogmatic Constitution on the Church. Vatican: Vatican Publishing House, 1964.
Catechism of the Catholic Church. Vatican: Vatican Publishing House, 1994.