Sabtu, 16 November 2024
Dalam 3 Yohanes 1:5-8, kita diajak untuk merenungkan kesetiaan dalam tindakan kasih kepada saudara seiman dan pengunjung yang datang. Penulis, yang dipercaya sebagai Rasul Yohanes, memuji seorang yang bernama Gayus atas komitmennya dalam menunjukkan kasih dan keramahan kepada para misionaris yang datang ke kotanya. Gayus melayani dengan penuh pengorbanan, walaupun mungkin tidak mengenal mereka secara pribadi. Yohanes mengajak kita untuk tidak hanya beriman melalui kata-kata, tetapi juga melalui perbuatan nyata yang menunjukkan kasih Kristus kepada sesama.
Menurut para ahli tafsir Katolik, perikop ini menyoroti pentingnya hospitalitas Kristiani, yakni sebuah panggilan untuk menyambut orang lain tanpa syarat. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2447) mengajarkan bahwa tindakan belas kasih rohani, termasuk menghibur orang asing dan memberi mereka tempat tinggal, merupakan bagian penting dari hidup sebagai orang Kristiani. Santo Agustinus menekankan bahwa kebaikan hati yang terlihat dalam pelayanan dan hospitalitas adalah bentuk nyata dari iman yang hidup. Hal ini menjadi salah satu tanda yang membuat orang Kristen berbeda, sebab mereka dipanggil untuk mencintai, termasuk pada orang asing.
Dalam Injil Lukas 18:1-8, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang janda yang terus menerus datang kepada hakim yang tidak adil, memohon keadilan. Karena ketekunan dan kegigihannya, hakim akhirnya menyerah dan memberikan keadilan yang dimintanya. Yesus mengajarkan pentingnya ketekunan dalam doa, bahwa kita tidak boleh patah semangat ketika berdoa. Ini bukan berarti Tuhan seperti hakim yang tidak peduli, tetapi Yesus ingin menunjukkan bahwa Tuhan yang penuh kasih jauh lebih akan mendengarkan doa umat-Nya yang gigih.
Teolog seperti Santo Yohanes Krisostomus, menekankan bahwa perumpamaan ini menunjukkan bahwa doa bukanlah cara untuk mengubah kehendak Tuhan, melainkan untuk mengubah hati kita sendiri agar selaras dengan kehendak-Nya. Doa yang gigih mengasah kesabaran dan iman kita, memperkuat kepercayaan bahwa Tuhan, pada waktu yang tepat, akan menjawab setiap doa dengan cara yang terbaik bagi kita.
Dua bacaan ini, meskipun tampaknya berbeda, sebenarnya saling melengkapi. 3 Yohanes 1:5-8 mengajarkan kita tentang kasih yang berwujud dalam tindakan nyata, sementara Lukas 18:1-8 mengingatkan kita tentang ketekunan dalam doa. Tindakan kasih dan doa yang gigih adalah dua pilar kehidupan Kristiani yang tidak bisa dipisahkan. Kita dipanggil untuk setia dalam kasih, seperti Gayus, namun juga harus selalu gigih dalam doa, seperti janda dalam perumpamaan Yesus. Kedua kualitas ini menuntun kita untuk hidup sebagai orang Kristen yang aktif dan kontemplatif—bekerja dengan kasih sekaligus mengandalkan kekuatan doa.
Seorang teolog kontemporer, Henri Nouwen, menyatakan bahwa tindakan kasih dan doa adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Tanpa tindakan, doa bisa menjadi kosong. Tanpa doa, tindakan bisa kehilangan arah. Kasih sejati lahir dari doa yang mendalam, dan doa yang tulus termanifestasi dalam tindakan kasih yang nyata.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mempraktikkan kasih yang nyata melalui tindakan kecil: menawarkan bantuan kepada tetangga yang membutuhkan, menyediakan waktu mendengarkan mereka yang kesepian, atau mendukung pelayanan sosial di komunitas kita. Semua tindakan ini memerlukan ketulusan hati yang dihasilkan dari hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa. Ketika kita menghadapi tantangan dalam pelayanan, doa menjadi sumber kekuatan untuk tetap setia dan tidak menyerah.
Seperti Gayus yang menyambut tamu tanpa mengenal mereka, atau seperti janda yang terus berdoa meski menghadapi penolakan, kita pun dipanggil untuk hidup dalam kasih dan doa yang konsisten. Tuhan tidak hanya menuntut iman yang bersemangat, tetapi juga komitmen untuk menghidupi iman itu dalam tindakan yang sederhana dan dalam doa yang tak pernah putus. Sebab, di dalam kesetiaan itulah, kasih Tuhan yang tak terbatas dapat dilihat dan dirasakan oleh dunia.
Dari dua bacaan ini, kita diingatkan bahwa kesetiaan pada panggilan kasih dan ketekunan dalam doa adalah jalan menuju pemenuhan kehendak Tuhan. Seperti halnya Gayus dan janda yang gigih, kita diajak untuk tetap setia dalam hal-hal kecil, meyakini bahwa setiap tindakan kasih dan setiap doa yang kita panjatkan tidak pernah sia-sia. Mereka adalah bagian dari kisah besar Tuhan yang sedang Dia tulis melalui hidup kita.
Marilah kita terus mengasihi dalam tindakan nyata dan bertekun dalam doa, yakin bahwa Tuhan selalu mendengar dan menanggapi kita dengan kasih yang melampaui segala harapan.
Daftar Pustaka
Lembaga Alkitab Indonesia. (2002). Alkitab (Terjemahan Baru). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Gereja Katolik. (1995). Katekismus Gereja Katolik. Jakarta: Obor.
Nouwen, H. J. M. (2006). The Way of the Heart: Connecting with God Through Prayer, Wisdom, and Silence. San Francisco: HarperOne.
Augustine of Hippo. (2008). Confessions. Oxford: Oxford University Press.
Chrysostom, John. (1999). On Wealth and Poverty. Crestwood, NY: St. Vladimir’s Seminary Press.
Magnus, R. P., & McGee, W. G. (1998). The Gospel of Luke: A Catholic Commentary. New York: Paulist Press.
Brown, R. E. (1997). An Introduction to the New Testament. New York: Doubleday.
Green, J. B. (1997). The Gospel of Luke. Grand Rapids, MI: Eerdmans.
Collins, R. F. (2005). 1, 2, and 3 John: A Commentary. Collegeville, MN: Liturgical Press.
Durrwell, F.-X. (1987). The Community of Believers in the New Testament. New York: Paulist Press.