KAMIS, 28 NOVEMBER 2024
Bacaan dari Wahyu 18:1-2,21-23; 19:1-3,9a serta Lukas 21:20-28 menggambarkan akhir dari segala sesuatu yang penuh dosa sekaligus awal dari pemulihan ilahi yang membawa harapan. Kedua teks ini menyerukan pertobatan, sikap mempercayakan diri kepada Allah, dan semangat bertekun dalam iman meski kita sedang berada di tengah pergolakan.
Kitab Wahyu melukiskan runtuhnya Babel, lambang dosa, kerakusan, dan kejahatan yang mendominasi dunia. Ahli tafsir seperti Richard Bauckham dalam The Theology of the Book of Revelation (1993) menegaskan bahwa Babel adalah cerminan dari kuasa-kuasa duniawi yang menindas manusia, tetapi juga merupakan peringatan kepada umat beriman agar tidak terjerat oleh kejahatan yang tampak megah namun fana. Kemegahan dunia, sebagaimana digambarkan oleh malaikat yang melemparkan batu besar ke laut, tidak memiliki akhir yang kekal. Sukacita surga yang bergema setelah kejatuhan Babel mengingatkan kita bahwa keadilan Allah selalu memihak kepada yang benar dan setia.
Sementara itu, Lukas 21:20-28 berbicara tentang kehancuran Yerusalem, tetapi juga tentang tanda-tanda kedatangan Putra Manusia. Raymond E. Brown dalam An Introduction to the New Testament (1997) menyebut bahwa nubuat ini tidak hanya mengacu pada sejarah tetapi juga pada akhir zaman, saat semua kekuatan dunia akan tunduk pada kuasa Allah. Dalam gambaran yang tampak mengerikan tentang peperangan dan bencana, Yesus memberikan penghiburan: “Apabila semuanya itu mulai terjadi, tegakkanlah kepalamu sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
Perpaduan kedua bacaan ini membawa pesan mendalam bahwa meskipun dunia ini diliputi kekacauan, umat beriman dipanggil untuk tetap percaya pada penggenapan rencana Allah. Kehancuran bukanlah akhir, melainkan pintu menuju pembaruan yang dijanjikan. Teolog seperti N.T. Wright dalam Surprised by Hope (2008) mengingatkan bahwa iman Kristen bukan hanya soal menanti surga, tetapi juga hidup dengan harapan aktif yang mengubah dunia di sekitar kita.
Di tengah dunia yang sering kali terasa seperti Babel yang sombong atau Yerusalem yang terkepung, kita diundang untuk hidup dalam iman yang teguh, menyadari bahwa Allah tetap memegang kendali. Kita yang diundang ke perjamuan Anak Domba adalah saksi dari harapan ini, yang terpancar dalam keberanian untuk bertindak benar dan hati yang setia pada kehendak-Nya. Keindahan harapan ini, seperti kata Karl Rahner dalam Foundations of Christian Faith (1978), adalah bukti cinta Allah yang mengatasi segala bentuk kejahatan.
Dalam keheningan doa dan karya nyata, kita diajak untuk menegakkan kepala, melangkah dengan harapan, dan bersyukur atas kasih karunia Allah yang tak pernah gagal. Kejatuhan Babel dan kedatangan Putra Manusia mengingatkan bahwa di balik setiap akhir, ada awal yang dijanjikan oleh Allah.
Daftar Pustaka
- Bauckham, Richard. The Theology of the Book of Revelation. Cambridge: Cambridge University Press, 1993.
- Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. New York: Doubleday, 1997.
- Rahner, Karl. Foundations of Christian Faith: An Introduction to the Idea of Christianity. New York: Seabury Press, 1978.
- Wright, N.T. Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission of the Church. New York: HarperOne, 2008.
- Alkitab Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia, 1974.