Minggu, 1 Desember 2024
Dalam keheningan masa Advent, kita diajak merenungkan janji Allah yang diungkapkan melalui Yeremia 33:14-16, pesan Paulus kepada jemaat Tesalonika dalam 1 Tesalonika 3:12–4:2, dan pengajaran Yesus dalam Lukas 21:25-28, 34-36. Ketiga bacaan ini mengalir dalam harmoni, menyampaikan pesan harapan, kasih, dan kesiapsiagaan untuk menyambut kedatangan Tuhan.
Yeremia, sang nabi penghibur di tengah bayang-bayang pembuangan, menyampaikan janji Allah yang tak tergoyahkan: “Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda” (Yeremia 33:14). Dalam nubuat ini, tunas keadilan dari keturunan Daud akan muncul, membawa keselamatan dan keadilan bagi umat-Nya. Pesan ini bukan sekadar janji politik atau sosial, melainkan pengharapan eskatologis tentang kehadiran Mesias, seperti yang dijelaskan oleh Walter Brueggemann dalam Theology of the Old Testament (1997). Brueggemann menekankan bahwa janji Allah ini adalah landasan bagi iman umat Israel, yang terus menyala bahkan di tengah gelapnya pembuangan. Ini menjadi undangan bagi kita untuk terus percaya pada rencana besar Allah, meski realitas tampak penuh tantangan.
Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, menguatkan panggilan untuk bertumbuh dalam kasih. Ia mendorong jemaat agar kasih mereka melimpah satu sama lain dan kepada semua orang, seperti kasih Allah yang tak terbatas (1 Tesalonika 3:12). Ia juga menasihati mereka untuk hidup kudus, mengikuti kehendak Allah dengan sepenuh hati (1 Tesalonika 4:1-2). John Stott dalam The Message of Thessalonians (1991) menggambarkan surat ini sebagai panggilan bagi komunitas Kristen untuk hidup dalam keteguhan iman dan kasih yang aktif. Kehidupan orang percaya, menurut Stott, bukanlah perjalanan tanpa tujuan, tetapi sebuah ziarah menuju kekudusan, dituntun oleh kasih karunia Allah.
Dalam Injil Lukas, Yesus berbicara tentang tanda-tanda akhir zaman yang penuh dengan gambaran kosmis dan pengharapan eskatologis. “Angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Lukas 21:28). Pesan Yesus adalah undangan untuk tetap berjaga-jaga, tidak terjebak dalam beban duniawi, tetapi siap sedia menyambut kedatangan-Nya. N.T. Wright, dalam bukunya Luke for Everyone (2001), menyebut bagian ini sebagai panggilan kepada umat manusia untuk melihat melampaui ketakutan dan gejolak dunia ini, dan mengarahkan pandangan pada pengharapan yang akan datang. Penjagaan bukan sekadar kewaspadaan pasif, tetapi tindakan iman yang terus menerus menghidupi nilai-nilai kerajaan Allah.
Ketiga bacaan ini merajut pesan yang selaras: harapan dalam janji Allah, kasih yang melimpah dalam kehidupan komunitas, dan kesiapsiagaan yang aktif. Di tengah dunia yang sering kali penuh dengan gejolak, kita diingatkan bahwa Tuhan yang setia akan menepati janji-Nya, memampukan kita untuk hidup dalam kasih, dan mengundang kita untuk terus berjaga dalam pengharapan yang pasti. Refleksi ini mengingatkan kita untuk hidup dengan kesadaran penuh akan kehadiran Allah, menghadapi dunia dengan kasih yang membebaskan, dan menyambut masa depan dengan iman yang teguh.
Daftar Pustaka
- Brueggemann, Walter. Theology of the Old Testament: Testimony, Dispute, Advocacy. Fortress Press, 1997.
- Stott, John. The Message of Thessalonians: Preparing for the Coming King. InterVarsity Press, 1991.
- Wright, N.T. Luke for Everyone. SPCK Publishing, 2001.