Senin, 2 Desember 2024
Dalam kerangka iman Kristen, Yesaya 2:1-5 dan Matius 8:5-11 mengisahkan tentang pengharapan universal dan iman yang melampaui batas kebangsaan maupun tradisi. Kedua teks ini berbicara tentang visi Allah untuk umat manusia yang berakar pada damai sejati dan sikap percaya tak terbatas pada Tuhan.
Yesaya 2:1-5 melukiskan sebuah visi eskatologis: gunung Tuhan akan menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa, tempat di mana mereka mendaki untuk menerima pengajaran Allah. Gambaran ini, menurut John N. Oswalt dalam karyanya The Book of Isaiah, Chapters 1-39 (1986), merefleksikan kehausan universal akan kebenaran ilahi, di mana hukum Allah membawa transformasi moral yang menjadikan perang tidak lagi relevan. Visi ini tidak hanya menanti di masa depan, tetapi mengundang partisipasi aktif umat Allah untuk “berjalan dalam terang Tuhan.”
Beranjak ke Matius 8:5-11, kita menyaksikan perjumpaan Yesus dengan seorang perwira Romawi. Kisah ini menyoroti iman seorang asing yang mengakui otoritas Yesus dengan cara yang bahkan belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang Yahudi pada waktu itu. R.T. France dalam The Gospel of Matthew (2007) menggarisbawahi bahwa perwira ini menjadi teladan iman yang radikal: ia percaya akan kuasa Yesus untuk menyembuhkan dari kejauhan, suatu keyakinan yang menunjukkan pengakuan mendalam akan identitas Yesus.
Perpaduan kedua teks ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak hanya berbicara kepada umat pilihan-Nya tetapi juga kepada mereka yang datang dari luar batas-batas tradisional agama. Ini adalah panggilan untuk memperluas pandangan iman kita dan melihat bagaimana damai sejahtera Allah melingkupi segala bangsa.
Damai yang digambarkan dalam Yesaya tidak hanya bersifat pasif, tetapi memerlukan perubahan sikap dan tindakan: “mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak.” Sedangkan iman perwira Romawi menunjukkan bahwa penerimaan atas kuasa Allah seringkali datang dari tempat yang tak terduga. Rowan Williams dalam Faith in the Public Square (2012) menyatakan bahwa iman seperti ini adalah pengingat bagi gereja untuk senantiasa membuka diri terhadap kehadiran Allah dalam bentuk-bentuk baru dan tak terduga.
Keduanya membawa pesan mendalam: bahwa jalan menuju Allah adalah jalan iman dan damai, terbuka bagi setiap orang yang dengan rendah hati mendekat kepada-Nya. Kita, sebagai umat beriman, dipanggil untuk tidak hanya menikmati visi ini tetapi menjadi agen damai dan kesaksian iman di tengah dunia yang penuh perpecahan.
Daftar Pustaka
- France, R.T. (2007). The Gospel of Matthew. Grand Rapids: Eerdmans.
- Oswalt, John N. (1986). The Book of Isaiah, Chapters 1-39. Grand Rapids: Eerdmans.
- Williams, Rowan. (2012). Faith in the Public Square. London: Bloomsbury.