Selasa, 17 Desember 2024
Ketika Yakub, seorang patriark tua yang tengah menatap akhir hidupnya, memanggil anak-anaknya untuk menyampaikan berkat di Kejadian 49:2.8-10, ia berbicara dengan suara yang melampaui zamannya. Ucapannya kepada Yehuda bukan sekadar ucapan selamat tinggal, tetapi sebuah nubuat yang sarat dengan janji masa depan: tongkat kerajaan tidak akan beralih dari Yehuda sampai datang dia yang berhak atasnya, dan kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Perkataan ini tidak hanya mencerminkan harapan seorang ayah terhadap masa depan anak-anaknya, tetapi juga sebuah gambaran tentang rencana Allah yang jauh lebih besar—rencana yang menemukan puncaknya dalam kelahiran Yesus Kristus, sebagaimana dicatat dalam Matius 1:1-17.
Silsilah Yesus yang disusun oleh Matius bukan sekadar daftar nama. Ia adalah sebuah kisah yang menenun sejarah Israel dengan jalinan kasih karunia ilahi. Dimulai dari Abraham, silsilah ini memuncak pada Kristus, yang bukan hanya pewaris janji Allah kepada Abraham, tetapi juga Raja yang dijanjikan dari garis Yehuda. Dalam nama-nama tersebut—dari patriark seperti Abraham hingga raja seperti Daud—kita melihat bagaimana Allah bekerja melalui generasi, melampaui kelemahan manusia, dan menepati janji-Nya.
Janji kepada Yehuda di Kejadian 49:10 sering disebut sebagai “Janji Kerajaan Mesianik,” yang oleh para ahli tafsir seperti Walter Brueggemann dalam Genesis: Interpretation (1982) dianggap sebagai salah satu teks terpenting dalam Perjanjian Lama. Brueggemann menekankan bahwa nubuat ini menciptakan harapan eskatologis, menunjuk kepada seorang raja yang tidak hanya berkuasa secara politis, tetapi juga membawa pemulihan universal. Yesus Kristus adalah penggenapan dari nubuat itu. Sementara itu, N.T. Wright dalam Matthew for Everyone (2004) menyoroti silsilah Matius sebagai deklarasi bahwa Yesus adalah Raja sejati, pewaris tahta Daud, dan pemimpin yang melampaui batas-batas Israel.
Namun, keindahan kedua bacaan ini tidak hanya terletak pada penggenapan nubuat. Mereka juga mengungkapkan wajah Allah yang bekerja melalui hal-hal biasa—melalui keluarga, sejarah, bahkan melalui nama-nama yang mungkin tampak tidak signifikan. Dalam silsilah Matius, terdapat nama-nama perempuan seperti Tamar, Rahab, Rut, dan istri Uria, yang semuanya membawa cerita kerumitan hidup dan kasih karunia Allah. Ini menekankan bahwa Kristus datang bukan hanya untuk mereka yang dianggap layak, tetapi untuk semua orang, termasuk mereka yang terpinggirkan.
Pada akhirnya, Kejadian 49:2.8-10 dan Matius 1:1-17 adalah undangan bagi kita untuk merenungkan kesetiaan Allah yang tidak tergoyahkan. Dalam Kristus, Allah tidak hanya memenuhi janji kepada Yehuda, tetapi juga membuka jalan keselamatan bagi semua bangsa. Kita diundang untuk menelusuri kembali jejak sejarah ini, melihat bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan manusia, dan percaya bahwa rencana-Nya terus berjalan sampai hari ini. Sebagaimana tongkat kerajaan tetap berada di tangan Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan bahwa Dia adalah Raja yang berkuasa, yang akan datang kembali untuk memerintah dalam damai dan keadilan.
Daftar Pustaka
- Brueggemann, Walter. Genesis: Interpretation. Atlanta: John Knox Press, 1982.
- Wright, N.T. Matthew for Everyone. London: SPCK Publishing, 2004.
- Brown, Raymond E. The Birth of the Messiah: A Commentary on the Infancy Narratives in Matthew and Luke. New York: Doubleday, 1993.