Selasa, 31 Desember 2024
Di bawah langit yang redup, ketika angin malam menyapu lembut daun-daun kering, suara kecil dalam hati sering kali membisikkan peringatan yang tak mudah diabaikan: “Waktumu terbatas. Pilihlah terang.” Dalam keheningan itu, kata-kata 1 Yohanes 2:18-21 menggema, mengguncang kesadaran: “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir.” Sebuah pengingat, penuh kepedihan dan kasih, bahwa sejarah terus bergerak menuju titik puncaknya. Waktu akhir ini bukan tentang ketakutan, melainkan pengujian kesetiaan.
Para antikristus telah muncul, begitu katanya. Namun, mereka tidak datang dengan wajah yang menakutkan atau suara yang menggelegar. Mereka sering kali menyusup dalam halusnya dusta, dalam bisikan yang memutarbalikkan kebenaran. Rudolf Schnackenburg, seorang pakar tafsir, menyebut bahwa antikristus bukan sekadar figur tunggal, melainkan cerminan dari setiap hati yang menolak Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, antikristus itu mungkin adalah egoisme yang kita pelihara, kebohongan kecil yang kita biarkan tumbuh, atau pilihan untuk menutup mata pada yang benar demi kenyamanan diri.
Namun, di tengah ancaman itu, ada harapan yang agung, yang diteriakkan oleh prolog Injil Yohanes. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Firman ini bukan sekadar kata-kata yang mati, melainkan hidup, bergerak, mencipta, dan menyelamatkan. Yohanes mengisahkan Firman ini dengan penuh keagungan, seakan menyingkap tirai surga untuk menunjukkan Sang Logos, Sabda Kekal, yang menjadi manusia. Raymond E. Brown mengungkapkan bahwa Firman itu datang bukan hanya untuk orang-orang tertentu, tetapi untuk seluruh dunia yang berada dalam bayang-bayang dosa.
Ada keindahan sekaligus tragis dalam kisah ini. Firman itu datang ke dunia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik-Nya sendiri, namun mereka menolak-Nya. Di sini, manusia tampil dalam ketelanjangannya: begitu dekat dengan terang, tetapi memilih gelap. Tetapi Sang Firman tidak berhenti memancarkan kasih. Ia tetap setia, membuka jalan bagi siapa pun yang mau percaya untuk menjadi anak-anak Allah.
Ketika kita membaca dua bacaan ini bersisian, narasi yang lebih besar terungkap. Surat 1 Yohanes membawa kita pada kegetiran realitas dunia yang penuh dengan ancaman dusta, sementara Injil Yohanes menyentak kita dengan kabar sukacita yang tak terlukiskan: Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Dalam ketegangan ini, kita diajak untuk membuat pilihan—mengikuti antikristus dengan segala tawarannya yang menipu, atau berjalan menuju terang yang datang dari Sang Logos.
Karl Rahner menulis bahwa Firman yang menjadi manusia adalah tindakan kasih Allah yang paling radikal. Di dalamnya, Allah menyerahkan diri sepenuhnya kepada ciptaan-Nya, menjadi lemah dan rentan, agar manusia dapat mengenal cinta yang sejati. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih ini: Firman yang kekal rela turun ke dunia yang gelap dan dingin demi membawa terang.
Seperti seorang peziarah yang berjalan di antara duri dan batu, kehidupan orang beriman tidak pernah bebas dari rintangan. Tetapi Roh Kudus, yang diingatkan oleh penulis 1 Yohanes sebagai “pengurapan” yang mengalir dalam diri kita, selalu ada untuk membimbing. Roh ini adalah penolong yang lembut namun kuat, menarik kita kembali kepada kebenaran setiap kali kita tersesat.
Pada akhirnya, waktu akhir bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Ia adalah undangan untuk kembali kepada Sang Pencipta, untuk berjalan dalam terang meskipun bayang-bayang mencoba merenggut kita. Ketika kita memilih terang, Firman itu, yang telah bersama Allah sejak semula, juga akan bersama kita. Dan dalam terang itu, kita akan menemukan kehidupan yang sejati—bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk selama-lamanya.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. The Gospel According to John. New York: Doubleday, 1997.
- Rahner, Karl. Foundations of Christian Faith: An Introduction to the Idea of Christianity. New York: Crossroad, 1966.
- Schnackenburg, Rudolf. The Johannine Epistles: A Commentary. New York: Crossroad, 1992.