Rabu, 1 Januari 2025
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah mengajak kita memasuki perenungan yang mendalam akan misteri iman yang meresapi seluruh kehidupan manusia. Bacaan dari Bilangan 6:22-27, Galatia 4:4-7, dan Injil Lukas 2:16-21 membuka pintu menuju pengertian yang lebih luas tentang peran Maria dalam sejarah keselamatan. Ketiga bacaan ini, meskipun berasal dari konteks dan latar belakang yang berbeda, terjalin dalam narasi yang menyentuh hati. Mereka berbicara tentang berkat, penggenapan janji, dan penyertaan kasih ilahi yang tak pernah putus.
Dalam Bilangan 6:22-27, Tuhan memberikan kepada Musa formula berkat yang akan diucapkan oleh para imam kepada umat Israel: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Kata-kata ini adalah gambaran kasih Allah yang mengalir tanpa henti kepada umat-Nya. Saat kita merayakan Hari Raya Maria, berkat ini menemukan puncaknya dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah, yang lahir melalui Maria. Maria menjadi wadah dari kasih karunia ini, menerima berkat ilahi secara utuh dan sempurna, sebagaimana wajah Allah yang menyinari dunia melalui kehadiran-Nya.
Surat Galatia 4:4-7 membawa kita lebih dalam ke misteri ini. Paulus menulis, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat, untuk menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Kata-kata ini menegaskan bahwa kelahiran Yesus adalah pemenuhan dari janji Allah yang telah lama dinantikan. Maria, sang perempuan yang disebutkan di sini, memainkan peran sentral dalam menghadirkan penggenapan itu. Hans Urs von Balthasar, dalam karyanya “Mary for Today” (1988), menggambarkan Maria sebagai “cermin dari kasih Allah yang tak terbatas.” Maria mengajarkan kepada kita bagaimana Allah bekerja melalui kerendahan hati dan ketaatan manusia untuk menghadirkan keselamatan ke dalam dunia.
Kemudian, Injil Lukas 2:16-21 menggambarkan adegan yang penuh keajaiban. Para gembala, setelah mendengar kabar sukacita dari malaikat, bergegas pergi untuk menyaksikan bayi Yesus yang terbaring di palungan. Di sana mereka menceritakan apa yang telah mereka dengar, sementara Maria menyimpan semua perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya. Tindakan Maria ini mencerminkan sikap kontemplatif yang menjadi teladan bagi setiap orang beriman. Raymond E. Brown, dalam “The Birth of the Messiah” (1993), menyebut Maria sebagai “ikon dari Gereja yang mendengarkan, menerima, dan merenungkan Firman Allah.” Ia mengajarkan kepada kita bahwa untuk memahami misteri ilahi, diperlukan hati yang terbuka dan keinginan yang tulus untuk merenungkan karya Allah dalam kehidupan kita.
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah bukan hanya pengakuan akan peran Maria sebagai ibu Yesus, tetapi juga penghormatan atas kesetiaan dan pengabdiannya yang luar biasa. Gelar “Bunda Allah” atau “Theotokos”, yang secara resmi dideklarasikan dalam Konsili Efesus tahun 431, menegaskan kebenaran iman bahwa Maria adalah ibu dari Yesus yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Sebagaimana Maria menjadi pembawa Kristus ke dunia, kita juga dipanggil untuk menjadi pembawa kasih dan terang Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bacaan ini mengingatkan kita untuk memperbaharui iman dan pengharapan kita. Maria menjadi teladan tentang bagaimana menerima berkat Allah dengan kerendahan hati, menjalani hidup berdasarkan janji-Nya, dan terus merenungkan karya-Nya dalam hidup kita. Seperti para gembala yang datang menyembah Yesus, kita juga diajak untuk mendekat kepada-Nya dengan hati yang sederhana dan penuh sukacita. Dalam diri Maria, kita menemukan seorang ibu yang selalu menyertai kita, mengajarkan kita untuk percaya kepada kasih Allah yang tak pernah gagal.
Daftar Pustaka:
- Brown, Raymond E. The Birth of the Messiah. New York: Doubleday, 1993.
- Balthasar, Hans Urs von. Mary for Today. New York: Ignatius Press, 1988.
- Ratzinger, Joseph. Daughter Zion: Meditations on the Church’s Marian Belief. San Francisco: Ignatius Press, 1983.
- Martimort, A. G. The Church at Prayer: The Mystical Body of Christ. Collegeville: Liturgical Press, 1992.