Jumat, 3 Januari 2025
Nama Yesus, yang bermakna “Tuhan menyelamatkan,” mengungkapkan inti dari seluruh misi-Nya: membawa umat manusia kembali kepada kasih Allah. Dalam Pesta Nama Yesus yang Tersuci, kita diajak merenungkan kedalaman makna ini melalui bacaan dari 1 Yohanes 2:29-3:6 dan Yohanes 1:29-34. Dua perikop ini menjalin kisah keselamatan yang mengarahkan kita pada panggilan menjadi anak-anak Allah dan menghayati karya penyelamatan Yesus, Anak Domba Allah.
Dalam 1 Yohanes 2:29-3:6, Rasul Yohanes menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan kebenaran lahir dari Allah. Identitas sebagai anak-anak Allah ini bukan sekadar status, melainkan panggilan untuk hidup dalam kekudusan. Yohanes menulis dengan penuh keheranan akan kasih Allah yang besar: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah; dan memang kita adalah anak-anak Allah!” (1 Yohanes 3:1). Pernyataan ini, seperti diuraikan oleh teolog Raymond E. Brown (1979, The Epistles of John), merupakan inti dari teologi Yohanes: hubungan antara kasih Allah, identitas manusia, dan panggilan untuk hidup dalam kekudusan.
Namun, identitas sebagai anak-anak Allah bukan tanpa tantangan. Yohanes memperingatkan bahwa siapa yang berbuat dosa, tidak melihat atau mengenal Yesus. Dosa menjadi tanda ketidakmurnian, bertolak belakang dengan kekudusan yang diinginkan Allah bagi anak-anak-Nya. George R. Beasley-Murray (1991, Word Biblical Commentary: John) menegaskan bahwa pengenalan akan Yesus harus terwujud dalam hidup yang mencerminkan kasih dan kebenaran. Pengenalan ini bukan hanya intelektual, melainkan eksistensial, yang membawa perubahan dalam cara hidup.
Perenungan kita semakin diperdalam oleh Yohanes 1:29-34, di mana Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” Gelar ini menggemakan korban Paskah dalam Keluaran 12, ketika darah anak domba menyelamatkan bangsa Israel dari maut. Di sini, Yesus tampil sebagai penggenapan simbol Paskah, yang menanggung dosa seluruh dunia dalam karya penebusan-Nya di kayu salib. Menurut Leon Morris (2001, The Gospel According to John), ungkapan ini menggambarkan peran Yesus sebagai Mesias yang menderita, berbeda dari harapan populer akan seorang Mesias politik.
Kata-kata Yohanes Pembaptis, “Aku melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yohanes 1:32), mengungkapkan peneguhan ilahi atas Yesus sebagai Anak Allah. Roh Kudus, yang turun dalam bentuk merpati, mengingatkan kita pada penciptaan dalam Kejadian 1:2, ketika Roh Allah melayang-layang di atas air. Seperti yang dijelaskan oleh C.K. Barrett (1978, The Gospel According to St. John), ini menunjukkan bahwa karya Yesus adalah karya penciptaan baru, membawa manusia kembali kepada kehendak Allah yang sempurna.
Dari kedua bacaan ini, kita diajak untuk merenungkan dua hal mendalam: panggilan kita sebagai anak-anak Allah dan pengenalan kita akan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Hidup sebagai anak-anak Allah berarti menghidupi kekudusan dalam kehidupan sehari-hari, meninggalkan dosa, dan mencerminkan kasih Bapa. Pada saat yang sama, pengenalan akan Yesus sebagai Anak Domba Allah mengajak kita untuk menghayati misteri keselamatan dengan rasa syukur dan iman yang mendalam.
Nama Yesus, yang begitu kudus dan agung, mengundang kita untuk berserah penuh kepada-Nya. Dalam nama ini terkandung pengharapan, pengampunan, dan keselamatan. Seperti yang ditulis oleh Santo Bernardus dari Clairvaux, “Nama Yesus adalah madu bagi bibir, melodi bagi telinga, sukacita bagi hati.” Di tengah tantangan dunia modern, marilah kita menempatkan Yesus sebagai pusat hidup kita, membiarkan nama-Nya menguduskan segala sesuatu yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan.
Daftar Pustaka
- Barrett, C.K. (1978). The Gospel According to St. John. Westminster John Knox Press.
- Beasley-Murray, George R. (1991). Word Biblical Commentary: John. Thomas Nelson.
- Brown, Raymond E. (1979). The Epistles of John. Doubleday.
- Morris, Leon. (2001). The Gospel According to John. Eerdmans.
- Santo Bernardus dari Clairvaux. (2002). Homilies on the Song of Songs. Cistercian Publications.