Sabtu, 4 Januari 2025
Dua bacaan hari ini, dari 1 Yohanes 3:7-10 dan Yohanes 1:35-42, seperti dua jendela yang membuka pemandangan luas tentang panggilan kita sebagai anak-anak Allah. Bacaan pertama berbicara tentang panggilan untuk hidup dalam kebenaran, sementara bacaan Injil membawa kita kepada perjumpaan transformatif dengan Yesus, Sang Anak Domba Allah.
Bayangkan sebuah komunitas kecil pada masa awal Kekristenan, di mana orang-orang hidup dengan kesederhanaan dan penuh tantangan. Dalam suratnya, Yohanes berbicara dengan nada tegas, seperti seorang ayah yang ingin melindungi anak-anaknya dari bahaya. Ia berkata, “Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang melakukan kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar.” Kata-kata ini penuh kekuatan, mengingatkan kita bahwa hidup dalam kebenaran adalah cerminan dari hubungan kita dengan Allah. Namun, ini bukanlah perjalanan yang mudah. Raymond E. Brown, dalam The Epistles of John (1979), mengungkapkan bahwa bahasa surat Yohanes dirancang untuk menggugah komunitas Kristen agar mereka tetap setia pada panggilan mereka, meskipun dunia di sekitar mereka sering kali penuh dengan godaan dan tantangan.
Sementara itu, Injil Yohanes membawa kita ke sebuah adegan yang begitu sederhana, namun penuh dengan keajaiban. Dua murid Yohanes Pembaptis mendengar sang guru menunjuk kepada Yesus dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah.” Dalam kebisuan yang sarat makna, mereka mengikuti Yesus. Ketika Yesus berbalik dan bertanya, “Apa yang kamu cari?”, pertanyaan ini menggema di hati kita. Apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini? Dengan lembut, Yesus mengundang mereka, “Ikutlah, dan kamu akan melihat.”
Momen ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Rudolf Schnackenburg dalam The Gospel According to St. John (1968) menulis bahwa perjumpaan ini adalah gambaran iman yang bertumbuh melalui relasi. Tidak ada paksaan, hanya sebuah undangan lembut untuk mengenal Dia yang akan menjadi pusat kehidupan mereka. Andreas, salah satu dari mereka, segera membawa Simon, saudaranya, kepada Yesus. Dengan penuh antusiasme, ia berkata, “Kami telah menemukan Mesias.” Perjumpaan dengan Yesus selalu menghasilkan sukacita yang meluap, sebuah dorongan untuk berbagi kabar baik kepada orang lain.
Ketika kedua bacaan ini kita renungkan bersama, kita diajak untuk melihat betapa iman bukan hanya sebuah keyakinan, tetapi juga sebuah tindakan. Hidup dalam kebenaran, seperti yang ditulis Yohanes, bukanlah sekadar menjauh dari dosa, melainkan sebuah komitmen untuk hidup dalam terang Kristus. Dalam dunia yang penuh dengan kegelapan – entah itu melalui materialisme, individualisme, atau ketidakadilan – kita dipanggil untuk menjadi saksi yang membawa terang kepada sesama. Joseph Ratzinger, dalam Jesus of Nazareth (2007), menulis bahwa iman sejati adalah iman yang tidak hanya mengubah individu tetapi juga dunia di sekitarnya. Perjumpaan dengan Kristus adalah awal dari transformasi itu.
Membaca kisah Andreas dan Simon, kita seperti melihat diri kita sendiri. Kita juga pernah berada dalam momen pencarian, merindukan sesuatu yang lebih dari sekadar rutinitas harian. Dalam perjumpaan dengan Yesus, kita menemukan jawaban atas kerinduan itu. Namun, jawaban itu bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru. Seperti Andreas yang membawa Simon kepada Yesus, kita juga dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik. Bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita telah menemukan Sang Sumber Kehidupan.
Dalam dunia yang sering kali terasa kacau dan penuh kebisingan, bacaan ini mengundang kita untuk berhenti sejenak dan mendengarkan suara lembut Yesus yang berkata, “Ikutlah, dan kamu akan melihat.” Undangan ini adalah janji bahwa di tengah perjalanan hidup yang penuh tantangan, kita tidak pernah sendiri. Kristus berjalan bersama kita, membimbing kita menuju kebenaran yang sejati. Seperti Andreas dan Simon, mari kita melangkah dengan iman, berharap, dan cinta, karena di dalam Dia, kita menemukan hidup yang penuh makna.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. The Epistles of John. Anchor Bible, 1979.
- Schnackenburg, Rudolf. The Gospel According to St. John. Crossroad, 1968.
- Ratzinger, Joseph. Jesus of Nazareth. Doubleday, 2007.