Senin, 6 Januari 2025
Cahaya yang Memulihkan dan Kasih yang Menghidupkan
Di tengah perjalanan hidup yang penuh dinamika, dua bacaan hari ini—1 Yohanes 3:22-4:6 dan Matius 4:12-17.23-25—menawarkan pesan mendalam yang menyentuh hati. Mereka mengundang kita untuk memasuki sebuah perjalanan spiritual yang dipenuhi oleh kasih dan terang. Dua tema ini, meski sederhana dalam kata-kata, memiliki kedalaman yang tak pernah habis untuk direnungkan.
Yohanes, dalam suratnya, menulis dengan kehangatan seorang sahabat yang ingin membimbing kita ke jalan kasih yang sejati. Ia berbicara tentang sebuah kepastian: “Apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari Dia, karena kita menuruti perintah-perintah-Nya.” Sebuah pengingat lembut bahwa doa-doa kita tidak bergantung pada formula ajaib, tetapi pada hati yang selaras dengan kehendak Allah. Namun, Yohanes tidak berhenti di sana. Ia menantang kita untuk membuktikan kasih ini dalam tindakan nyata. “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Kata-kata ini menggema seperti alunan musik yang mengundang kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Allah dan sesama.
Raymond E. Brown, seorang ahli tafsir ternama, menyebut surat ini sebagai “meditasi mendalam tentang bagaimana kasih memancar dari Allah kepada manusia dan kembali kepada-Nya melalui sesama.” Ia melihat bagaimana Yohanes berbicara kepada komunitas Kristen awal yang seringkali tergoda untuk hanya memuja Yesus tanpa memahami panggilan hidup yang diembannya: mengasihi dengan sungguh-sungguh, tanpa syarat.
Sementara itu, Injil Matius membawa kita ke dalam narasi yang bergerak. Kita dibawa ke tepian danau di Galilea, di mana Yesus mulai berbicara kepada orang-orang yang haus akan harapan. “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” adalah seruan yang mengguncang hati. Kerajaan ini, seperti yang digambarkan N.T. Wright, bukanlah sebuah kerajaan duniawi dengan benteng dan bala tentara, melainkan sebuah dunia baru yang penuh kasih dan keadilan, tempat luka-luka disembuhkan, dan hati yang lelah menemukan kedamaian.
Yesus tidak hanya berbicara; Dia bertindak. Dia berjalan di antara orang-orang yang sakit, yang dirundung kerasukan, dan yang terlupakan. Sentuhan-Nya membawa pemulihan. Kata-kata-Nya memulihkan martabat. Di sekitar-Nya, ada keheningan yang penuh kekaguman, saat tubuh-tubuh yang lemah kembali kuat dan jiwa-jiwa yang terbelenggu kembali bebas. Dalam setiap penyembuhan yang Dia lakukan, kita melihat wajah Allah yang penuh belas kasih.
Bayangkan sejenak. Di tepian Galilea itu, ada seorang wanita tua yang telah lama menderita. Tubuhnya lunglai, suaranya hampir tak terdengar, dan harapannya telah lama memudar. Tetapi, dalam tatapan Yesus, dia melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya: pengharapan. Ketika tangan-Nya terulur, seolah waktu berhenti. Dan dalam sekejap, tubuhnya pulih, tetapi lebih dari itu, hatinya dibangkitkan oleh kasih ilahi yang melampaui pemahaman manusia.
Teolog Daniel J. Harrington menyebut momen ini sebagai manifestasi dari nubuat Yesaya yang tergenapi: terang besar telah bersinar di tengah kegelapan. Terang itu tidak hanya mengusir bayang-bayang, tetapi juga membawa kehangatan, sebuah undangan untuk hidup dalam kepenuhan kasih dan harapan.
Ketika dua bacaan ini bertemu, mereka seperti dua sungai yang mengalir ke lautan yang sama. Dari Yohanes, kita belajar bahwa kasih adalah dasar dari segala sesuatu. Dari Matius, kita menyadari bahwa terang itu nyata, bahwa Kerajaan Allah bukan hanya janji masa depan, tetapi sebuah kenyataan yang hadir di tengah kita.
Refleksi ini membawa kita pada pertanyaan: Apakah hidup kita telah menjadi pantulan dari terang itu? Apakah kasih kita telah menembus kegelapan di sekitar kita? Kedua bacaan ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk mencintai lebih dalam, untuk menyembuhkan lebih banyak, dan untuk menjadi terang yang tidak pernah padam di dunia yang penuh luka.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. The Epistles of John. New York: Anchor Bible, 1979.
- Wright, N.T. Jesus and the Victory of God. Minneapolis: Fortress Press, 1996.
- Harrington, Daniel J. The Gospel of Matthew. Collegeville: Liturgical Press, 1991.