Jumat, 17 Januari 2025 – Janji Perhentian, Kesembuhan, dan Keteladanan Santo Antonius Abas
Bacaan hari ini dari Kitab Ibrani 4:1-5, 11 dan Markus 2:1-12 menyampaikan dua tema besar, yakni janji perhentian Allah dan kuasa penyembuhan Kristus. Ketika dipadukan dengan kehidupan Santo Antonius Abas, seorang pertapa besar yang menjadi teladan iman dan keteguhan, kita menemukan benang merah tentang panggilan untuk hidup dalam ketekunan, iman, dan penyerahan diri penuh kepada kehendak Allah.
Penulis Ibrani bicara tentang janji Allah akan perhentian (katapausis), suatu kondisi di mana umat Allah memasuki istirahat sejati bersama-Nya. Namun, peringatan juga diberikan: “Hendaklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap gagal mencapai janji itu” (Ibr. 4:1). Janji ini mengingatkan bahwa iman yang sejati bukan hanya percaya, tetapi juga bertahan dalam ketaatan.
Teolog William Lane (Hebrews 1–8, 1991), menyebutkan istilah perhentian tidak sekadar merujuk pada Surga tetapi juga pada pengalaman damai di dalam Kristus di tengah pergumulan dunia ini. Janji ini memerlukan respon aktif, sebagaimana Santo Antonius Abas meninggalkan kenyamanan dunia untuk mencari Allah dalam keheningan padang gurun.
Sementara, kisah tentang orang lumpuh yang disembuhkan di Kapernaum menggambarkan kuasa Kristus yang tidak hanya menyembuhkan fisik tetapi juga mengampuni dosa. Di tengah keramaian, teman-teman si lumpuh dengan iman besar membuka atap rumah dan menurunkan dia kepada Yesus. Ini adalah tindakan iman yang radikal.
Ahli tafsir N.T. Wright (Mark for Everyone, 2001) menyoroti bahwa tindakan Yesus mengampuni dosa sebelum menyembuhkan tubuh orang lumpuh adalah pernyataan eksplisit tentang otoritas-Nya sebagai Anak Allah. Seperti Santo Antonius yang memilih mengampuni penghinaan dari orang lain selama hidupnya di padang gurun, teladan ini menunjukkan bahwa iman yang sejati tidak pernah terlepas dari tindakan pengampunan dan kasih.
Santo Antonius yang kita rayakan hari ini, dikenal sebagai Bapa Para Pertapa, meninggalkan segala kekayaan dan kenyamanan duniawi setelah mendengar panggilan Injil: “Jika engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu…” (Mat. 19:21). Ia memilih hidup sederhana di padang gurun, menantang godaan iblis, dan menjadi teladan ketekunan rohani.
Dalam konteks bacaan hari ini, Santo Antonius mencerminkan dua hal: pertama, ia adalah pribadi yang percaya pada janji perhentian Allah dengan meninggalkan segala sesuatu demi mencari Allah. Kedua, ia menunjukkan bagaimana iman yang aktif mampu mengatasi godaan duniawi, seperti orang lumpuh yang disembuhkan karena iman teman-temannya.
Dalam kehidupan modern, kita sering mengalami “kelumpuhan” rohani—ketidakmampuan untuk bertindak karena dosa, rasa bersalah, atau ketakutan. Seperti teman-teman si lumpuh yang membuka atap, kita dipanggil untuk saling mendukung dan membawa sesama kepada Kristus. Dalam keluarga, misalnya, seorang ibu yang terus mendoakan anaknya yang menjauh dari iman mencerminkan iman yang penuh harapan.
Santo Antonius mengajarkan pentingnya mengutamakan keheningan dan doa di tengah hiruk-pikuk dunia. Dalam praktiknya, ini bisa diwujudkan melalui momen hening setiap hari, menjauh dari distraksi digital untuk mendengarkan suara Allah.
Perayaan Santo Antonius Abas mengingatkan kita untuk hidup dalam iman yang berakar pada ketaatan, seperti yang ditegaskan dalam Ibrani 4, dan keberanian untuk mendekat kepada Kristus seperti yang ditunjukkan dalam Markus 2. Seperti Santo Antonius yang menginspirasi generasi-generasi selanjutnya, marilah kita menjadi pribadi yang membawa terang iman melalui tindakan nyata, menjadikan hidup kita sebagai kesaksian akan kasih Allah yang mengubah dunia.
Daftar Pustaka
- Lane, William L. Hebrews 1–8. Waco: Word Books, 1991.
- Wright, N.T. Mark for Everyone. London: SPCK Publishing, 2001.
- González, Justo L. The Story of Christianity, Volume 1: The Early Church to the Dawn of the Reformation. New York: HarperCollins, 1984.
- Athanasius. The Life of Antony. Translated by Robert C. Gregg. Mahwah: Paulist Press, 1980.
- Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. New York: Doubleday, 1997.