SELASA, 11 FEBRUARI 2025 – Doa yang Mengubah
Dalam keheningan pagi, embun menetes perlahan di ujung dedaunan, dan tanah yang kering menyerapnya dengan penuh kerinduan. Begitu pula dengan firman Allah yang turun dari langit, membasahi hati yang gersang, memberi hidup, dan menumbuhkan harapan. Yesaya 55:10-11 mengajarkan bahwa firman Tuhan tidak pernah kembali dengan sia-sia, melainkan selalu menghasilkan buah sesuai dengan kehendak-Nya.
Yesaya menggunakan metafora hujan dan salju yang turun dari langit untuk menggambarkan efektivitas firman Tuhan. Seperti air yang menyirami bumi dan menumbuhkan benih, firman Allah memiliki kekuatan untuk mengubah hati dan kehidupan manusia. Menurut Walter Brueggemann (1998) dalam Isaiah 40-66, ayat ini menegaskan bahwa firman Tuhan tidak hanya berupa janji, tetapi juga tindakan yang membawa hasil nyata dalam sejarah manusia.
Dalam konteks ini, firman Tuhan tidak sekadar informasi, tetapi transformasi. Firman yang diucapkan-Nya memiliki daya cipta, sebagaimana yang terlihat dalam kisah penciptaan (Kejadian 1). Hal ini menunjukkan bahwa ketika Tuhan berbicara, sesuatu yang baru lahir—pengampunan, pemulihan, dan pembaruan hidup.
Tetapi bagaimana firman ini bekerja dalam hidup kita? Jawabannya terletak pada bagaimana kita menerimanya. Apakah kita seperti tanah yang subur, siap menerima dan bertumbuh? Ataukah kita seperti tanah berbatu, yang menolak perubahan?
Di sisi lain, dalam Matius 6:7-15, Yesus mengajarkan bahwa doa bukanlah sekadar pengulangan kata-kata tanpa makna, tetapi sebuah perjumpaan yang mendalam dengan Allah. Doa yang sejati bukanlah tentang banyaknya kata, melainkan keselarasan hati dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu, Yesus memberikan doa yang paling mendasar dan paling kuat: Doa Bapa Kami.
R. T. France (2007) dalam The Gospel of Matthew menjelaskan bahwa doa ini bukan hanya model doa, tetapi juga sebuah deklarasi teologi. Di dalamnya, kita melihat bagaimana manusia seharusnya berelasi dengan Allah—mengakui kekudusan-Nya, menyerahkan diri pada kehendak-Nya, memohon kebutuhan sehari-hari, meminta pengampunan, dan berkomitmen untuk hidup dalam kebaikan.
Doa Bapa Kami adalah perwujudan dari firman Tuhan yang hidup. Jika dalam Yesaya firman itu turun seperti hujan, maka dalam doa ini, kita diundang untuk membuka hati dan membiarkan firman itu bekerja dalam diri kita. Ketika kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,” kita sesungguhnya sedang membiarkan firman itu mengubah hidup kita, seperti hujan yang menyuburkan tanah.
Bagaimana kita menghidupi pesan ini? Pertama, kita dipanggil untuk percaya bahwa firman Tuhan selalu bekerja, bahkan ketika kita tidak melihat hasilnya secara langsung. Seperti benih yang ditanam dan butuh waktu untuk bertumbuh, firman Tuhan memerlukan kesabaran dan keyakinan.
Kedua, kita diajak untuk berdoa dengan hati yang tulus, bukan dengan kata-kata kosong. Doa bukanlah alat untuk mengubah Tuhan, tetapi sarana agar kita diubah oleh-Nya. Seperti yang dikatakan oleh Dietrich Bonhoeffer (1937) dalam The Cost of Discipleship, “Doa bukanlah meminta Tuhan untuk memberkati keinginan kita, tetapi untuk menyelaraskan hati kita dengan kehendak-Nya.”
Yesaya 55:10-11 mengajarkan bahwa firman Tuhan selalu memiliki tujuan dan hasil, sementara Matius 6:7-15 menunjukkan bagaimana kita merespons firman itu dalam doa yang sejati. Kedua bacaan ini mengajak kita untuk hidup dalam iman yang aktif—percaya pada kuasa firman Tuhan dan berserah dalam doa yang penuh makna.
Seperti hujan yang turun dan membasahi bumi, firman Tuhan telah diberikan kepada kita. Pertanyaannya adalah: apakah kita akan membiarkannya mengalir dan mengubah hidup kita? Ataukah kita akan membiarkannya menguap tanpa bekas?
Ketika kita merenungkan doa Bapa Kami, marilah kita menghayati setiap kata yang kita ucapkan. Sebab di dalam doa itu, kita menemukan panggilan untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan, dan dalam firman itu, kita menemukan kehidupan yang sejati.
Daftar Pustaka
- Bonhoeffer, Dietrich. The Cost of Discipleship. New York: Macmillan, 1937.
- Brueggemann, Walter. Isaiah 40-66. Louisville: Westminster John Knox Press, 1998.
- France, R. T. The Gospel of Matthew. Grand Rapids: Eerdmans, 2007.