SELASA, 25 MARET 2025 – HARI RAYA KABAR SUKA CITA
Dalam perjalanan iman umat manusia, ada momen-momen yang mengubah sejarah, bukan hanya bagi satu bangsa, tetapi bagi seluruh dunia. Hari Raya Kabar Sukacita adalah salah satu dari momen itu—peristiwa ilahi yang membawa terang pengharapan bagi umat manusia. Bacaan-bacaan liturgi hari ini menuntun kita untuk merenungkan bagaimana janji keselamatan Allah diwujudkan dalam sejarah, dalam peristiwa nyata yang melibatkan manusia biasa, tetapi dengan hati yang luar biasa.
Kitab Yesaya berbicara tentang tanda agung yang diberikan Tuhan kepada Raja Ahas. “Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). Konteks historis nubuat ini adalah ketakutan Ahas terhadap ancaman musuh-musuhnya. Namun, Tuhan tidak hanya memberikan solusi militer atau politik, tetapi sebuah tanda transenden: kelahiran seorang anak yang akan menjadi bukti kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Para ahli tafsir, seperti Brevard S. Childs dalam Isaiah (2001), menjelaskan bahwa nubuat ini memiliki makna ganda: pertama, sebagai tanda bagi masa Ahas; kedua, sebagai penggenapan eskatologis yang mencapai puncaknya dalam kelahiran Yesus Kristus.
Mazmur hari ini mengungkapkan sikap hati yang dikehendaki Allah dari mereka yang menerima panggilan-Nya: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku. Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku” (Mzm. 40:8-9). Ini adalah respons seorang hamba yang tidak hanya menjalankan perintah, tetapi melakukannya dengan kasih dan kesediaan penuh. Penekanan ini menemukan maknanya yang terdalam dalam surat kepada orang Ibrani, yang menyatakan bahwa pengorbanan sejati bukanlah kurban hewan, melainkan ketaatan total kepada kehendak Allah. “Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu” (Ibr. 10:9) adalah kata-kata yang dengan sempurna diwujudkan dalam pribadi Kristus.
Dan akhirnya, Injil Lukas membawa kita ke momen intim antara malaikat Gabriel dan Maria. “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (Luk. 1:28). Sapaan ini bukan sekadar ucapan biasa, tetapi pengakuan akan rahmat istimewa yang telah diterima Maria. Dia yang sederhana, tanpa kedudukan istimewa di mata dunia, dipilih untuk menjadi Bunda Sang Penebus. Dialog antara Gabriel dan Maria memperlihatkan bagaimana panggilan ilahi sering kali datang dengan misteri dan tantangan. Maria bertanya, tetapi ia tidak menolak; ia merenungkan, tetapi ia tidak meragukan kehendak Allah. Responsnya yang akhirnya terucap, Fiat mihi secundum verbum tuum—”Terjadilah padaku menurut perkataanmu”—menjadi teladan iman yang paling luhur.
Ahli Kitab Suci seperti Raymond E. Brown dalam The Birth of the Messiah (1993) menyoroti bahwa Kabar Sukacita dalam Injil Lukas bukan hanya tentang Maria, tetapi juga tentang cara Allah bekerja dalam sejarah. Kisah ini menggambarkan model panggilan dan jawaban: Tuhan memilih, manusia menanggapi, dan rencana keselamatan-Nya terwujud. Maria, sebagai sosok yang rendah hati dan penuh iman, menjadi contoh utama bagaimana setiap manusia dapat ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah.
Dalam masa kini, peristiwa Kabar Sukacita menjadi undangan bagi kita untuk merenungkan bagaimana kita sendiri menanggapi panggilan Allah dalam hidup kita. Apakah kita terbuka terhadap kehendak-Nya, meskipun itu mungkin tidak sesuai dengan rencana kita? Apakah kita memiliki keberanian seperti Maria untuk mengatakan “Ya” kepada Tuhan, bahkan ketika jalan di depan masih penuh misteri?
Hari ini, kita tidak hanya merayakan suatu peristiwa di masa lalu, tetapi juga membuka hati untuk sebuah realitas yang terus terjadi: Allah masih berbicara, masih memanggil, dan masih bekerja dalam dunia. Rahmat-Nya tidak pernah berhenti mengalir bagi mereka yang, dengan rendah hati, berkata: “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”
Daftar Pustaka:
- Brown, Raymond E. The Birth of the Messiah. Yale University Press, 1993.
- Childs, Brevard S. Isaiah. Westminster John Knox Press, 2001.
- Fitzmyer, Joseph A. The Gospel According to Luke I-IX. Yale University Press, 1981.
- Wright, N.T. The New Testament and the People of God. Fortress Press, 1992.