JUMAT, 16 MEI 2025
Pagi yang tenang di Antiokhia, suara Paulus menggema dalam sinagoga, menyampaikan satu pesan yang menembus batas ruang dan waktu: “Kepada kita telah disampaikan berita keselamatan itu.” Ia tidak sedang menyampaikan teori, bukan pula retorika indah. Ia mengabarkan kenyataan hidup yang telah mengubah jalan sejarah manusia. Dalam permenungan ini, sabda Tuhan mengantar kita kepada inti iman: bahwa Allah yang setia tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan dalam saat tergelap pun.
Di tengah ancaman dan kesulitan, Paulus menghadirkan Yesus sebagai pemenuhan janji Allah kepada nenek moyang kita. Kutipan dari Mazmur 2 yang berbicara tentang peresmian Raja yang diurapi menjadi peneguhan akan peran Mesias—bukan sebagai penguasa duniawi, tetapi sebagai Putra yang mempersembahkan hidup demi keselamatan semua orang. “Anak-Ku Engkau! Pada hari ini Aku memperanakkan Engkau.” (Mzm. 2:7) Sabda ini bukan hanya ditujukan kepada Yesus sebagai gelar, melainkan sebagai pengungkapan relasi kasih yang begitu dalam antara Sang Bapa dan Putra-Nya, yang kini diteruskan kepada kita yang percaya kepada-Nya.
Dalam Injil Yohanes, Yesus mengajak para murid yang cemas untuk percaya, bukan sekadar mengerti. “Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh. 14:1) Sebuah kalimat sederhana namun menggema kuat dalam hati setiap orang yang pernah merasa hilang arah. Ia tidak menyodorkan peta hidup, tetapi memperkenalkan diri-Nya sebagai jalan itu sendiri—jalan yang menuju kebenaran dan kehidupan. Dalam tafsirnya, Raymond E. Brown (1998) menekankan bahwa klaim “Akulah Jalan” bukan pernyataan eksklusif, melainkan undangan inklusif bagi siapa pun yang mau mengenal kasih sejati.
Jalan ini tidak dibentangkan lebar-lebar di hadapan kita tanpa tantangan. Jalan ini adalah jalan salib, jalan penyangkalan diri, dan jalan pelayanan. Namun, justru karena itu, jalan ini juga penuh sukacita sejati, sebab Yesus tidak hanya menunjukkan arah, tetapi berjalan bersama kita. Seperti dikatakan oleh N.T. Wright (2004), “In Jesus, the future has broken into the present.” Janji Allah telah digenapi, dan kini kita hidup sebagai saksi bahwa hidup tidak berakhir dalam kematian, melainkan dipenuhi harapan akan kebangkitan.
Refleksi ini membawa kita kembali kepada jantung iman Kristiani: bahwa dalam Yesus, kita tidak hanya mengenal Allah, tetapi tinggal bersama-Nya. Jalan yang Ia bukakan bukan jalan menuju ketenaran atau kekuasaan, tetapi jalan menuju rumah Bapa—rumah di mana setiap air mata akan dilap dan setiap duka akan diganti dengan damai.
Ketika dunia di sekeliling kita penuh kebingungan dan kegelisahan, sabda hari ini mengajak kita kembali percaya, dan berjalan bukan dengan peta yang lengkap, tetapi dengan tangan yang digenggam oleh Dia yang telah terlebih dahulu menapaki jalan itu. Di dalam-Nya, kita menemukan arah, makna, dan kehidupan yang sejati.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. The Gospel According to John XIII–XXI. Yale University Press, 1998.
- Wright, N.T. Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission of the Church. HarperOne, 2004.
- Fitzmyer, Joseph A. The Acts of the Apostles: A New Translation with Introduction and Commentary. Anchor Yale Bible, 1998.
- Brueggemann, Walter. The Message of the Psalms. Augsburg Fortress, 1984.