Oleh: Febriola Sitinjak | STP St. Bonaventura KAM
Medan, 9 Mei 2025 – Di bawah langit kota Medan yang cerah, gema sukacita dan syukur mewarnai kampus Sekolah Tinggi Pastoral (STP) St. Bonaventura KAM. Kampus ini merayakan dua momen penuh makna: Dies Natalis ke-19 dan perayaan Paskah dalam satu tarikan napas rohani. Bertempat di lingkungan kampus, seluruh sivitas akademika berkumpul dalam sebuah liturgi dan refleksi, tidak hanya untuk mengenang perjalanan institusi, tetapi untuk menegaskan kembali jati diri mereka sebagai “peziarah pengharapan” di tengah dunia yang terluka.
Tahun ini, tema perayaan diangkat dari inti iman Kristiani: “Berkat Kristus, Sang Roti Hidup, STP St. Bonaventura KAM Mewujudkan Harapan dan Misi di Tengah Dunia.” Tema ini tidak hanya menjadi hiasan seremoni, tapi menjadi napas perayaan yang dimulai dengan Misa Kudus yang khidmat, dipimpin langsung oleh Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap, Uskup Agung Medan.
Jalan Menuju Damsyik: Dari Saulus ke Paulus
Dalam homilinya, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap mengajak para mahasiswa, dosen, dan undangan untuk kembali menengok kisah klasik pertobatan Saulus di jalan menuju Damsyik. Dengan mengacu pada Kisah Para Rasul 9:1–20 dan Injil Yohanes 6:52–59, ia menyebut kampus STP sebagai “jalan menuju Damsyik” — tempat di mana perubahan hidup bukan sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang dibentuk oleh Roh Kudus.
“STP bukan hanya tempat belajar. Ini adalah ruang transformasi,” tegasnya. “Roh Kudus bekerja di sini, membentuk pribadi-pribadi yang kelak menjadi pewarta sejati.” Pesan ini menggema kuat di antara hadirin, sejalan dengan ajaran Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium artikel 12 dan semangat Evangelii Gaudium dari Paus Fransiskus yang menegaskan bahwa setiap orang Kristen adalah seorang misionaris.
Liturgi yang Menghidupkan dan Membangkitkan
Perayaan Ekaristi berlangsung meriah namun penuh kekhidmatan. Lagu-lagu liturgi seperti “Pergilah ke Seluruh Dunia” hingga “Peziarah Pengharapan”—yang juga menjadi hymne resmi Yubelium 2025—mengantar umat pada pengalaman spiritual yang mendalam. Kebersamaan dalam doa dan nyanyian menjadi perwujudan nyata dari semangat Gereja sebagai tubuh yang hidup dan bergerak bersama.
Setelah misa, sejumlah sambutan dari tokoh-tokoh penting—termasuk Ibu Silvana S. Pd, M. Fil, Ibu Ermina Waruwu S. Pd, M. Th, Ketua Yayasan Deli Murni Bapak Adil Barus, dan Mgr. Sipayung sendiri—menggarisbawahi pentingnya STP sebagai lembaga pendidikan Katolik yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga membumi dalam spiritualitas Kristiani.
Dengan 22 dosen, tiga di antaranya bergelar doktor dan tiga lainnya tengah menempuh studi doktoral, STP St. Bonaventura juga tengah bersiap menyongsong akreditasi A+ bagi Program Studi Pendidikan Agama Katolik.
Seminar Yubelium: Menghidupi Pengharapan dalam Kasih
Perayaan berlanjut dalam bentuk seminar reflektif yang mengusung semangat Yubelium 2025. RP. Gindo Gervatius Saragih, OFMConv, tampil sebagai narasumber dengan Abdi Guna Sitepu, M.Ag., sebagai moderator. Seminar ini mengupas dokumen penting Spes Non Confundit (Pengharapan Tidak Mengecewakan), bulla Paus Fransiskus untuk tahun Yubelium.
RP. Gindo mengurai sejarah dan makna Yubelium, yang berakar dari tradisi Yahudi dalam Kitab Imamat 25:10 sebagai tahun pembebasan dan pengampunan. “Yubelium bukan sekadar ziarah fisik, melainkan perjalanan batin menuju pembaruan diri,” katanya.
Dalam semangat ini, ia menjelaskan pula makna indulgensi penuh yang bisa diperoleh umat Katolik di tahun Yubelium melalui syarat rohani: pengakuan dosa, Ekaristi, doa untuk intensi Paus, dan ziarah ke tempat suci.
Ia menegaskan, “Iman dan pengharapan tidak bisa dipisahkan dari kasih. Ketiganya menjadi kekuatan Gereja untuk terus berdiri di tengah dunia yang terluka.”
Menjadi Injil yang Hidup
Perayaan Dies Natalis ke-19 ini ditutup dengan sebuah refleksi mendalam: Apakah kita siap bertransformasi? Bagi STP St. Bonaventura, pertanyaan ini bukan sekadar retoris. Ini adalah undangan konkret kepada seluruh civitas akademika untuk tidak hanya belajar dan tahu, tapi juga menjadi buah dari iman yang hidup.
STP ingin menjadi seperti Damsyik bagi Saulus: tempat perubahan. Tempat di mana mahasiswa dibentuk menjadi pribadi utuh—cerdas secara intelektual, kokoh secara rohani, dan siap menjadi saksi Kristus di mana pun mereka diutus.
Seperti dikatakan Paus Fransiskus, “Gereja harus menjadi tanda pengharapan bagi dunia yang terluka.” Dan STP St. Bonaventura menjawab panggilan itu dengan menjadi rumah formasi bagi para peziarah pengharapan masa depan.