Vatikan, 18 Mei 2025 — Dalam Misa pengukuhannya sebagai penerus tahta Santo Petrus yang dihadiri lebih dari 100.000 peziarah di Lapangan Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV mengajak seluruh umat untuk “berjalan menuju Tuhan dan saling mengasihi.” Perayaan ini sekaligus menandai awal resmi masa kepausannya sebagai Penerus Santo Petrus ke-267.
Upacara yang berlangsung meriah pada Minggu pagi itu dihadiri oleh para pemimpin dunia dan perwakilan dari berbagai denominasi Kristen serta agama-agama lain, termasuk Yahudi, Muslim, Hindu, Buddha, Sikh, Zoroaster, dan Jain.
Rasa Syukur dan Harapan
Dalam homilinya, Paus Leo XIV menyampaikan rasa syukurnya atas doa dan dukungan yang mengalir sejak wafatnya Paus Fransiskus. Ia mengenang masa transisi yang emosional, saat umat Katolik merasa seperti “domba tanpa gembala,” namun dikuatkan oleh keyakinan akan kehadiran Tuhan yang tak pernah meninggalkan umat-Nya.
Ia juga mengapresiasi proses konklaf yang memilihnya sebagai Paus, menggambarkannya sebagai karya Roh Kudus yang menyatukan hati para kardinal dalam harmoni misi Gereja.
Pelayan, Bukan Penguasa
“Saya dipilih bukan karena jasa saya sendiri,” ungkap Paus Leo XIV dengan rendah hati. Ia menyebut dirinya sebagai seorang saudara yang datang untuk melayani, bukan memerintah. “Saya ingin menjadi pelayan iman dan sukacita Anda, berjalan bersama di jalan kasih Allah.”
Ia menegaskan bahwa pelayanan Petrus adalah panggilan untuk mencintai dengan semangat rela berkorban. “Gereja Roma memimpin bukan dengan kekuasaan, tetapi dalam cinta kasih,” katanya, menolak pendekatan kekerasan, propaganda, atau dominasi.
Misi Kesatuan dan Persaudaraan
Paus mengingatkan bahwa kasih dan persatuan adalah inti dari misi Kristiani. Ia mengutip kisah Injil tentang para murid yang dipanggil menjadi “penjala manusia,” dan menekankan bahwa pengalaman Petrus akan kasih Allah yang tanpa syarat telah membentuk pelayanannya.
Di tengah dunia yang terpecah oleh konflik, kebencian, dan ketidakadilan, Paus Leo XIV mengajak umat Kristiani menjadi “ragi kecil persatuan” dan “keluarga Allah” yang terbuka bagi siapa pun. Ia mendorong dialog lintas iman, kerja sama lintas budaya, dan persaudaraan global.
Gereja yang Terbuka dan Misioner
Menutup pesannya, Paus menekankan pentingnya Gereja yang tidak tertutup pada dirinya sendiri. “Kita dipanggil untuk membagikan kasih Allah kepada semua orang, tanpa menghapus perbedaan, tapi justru menghargai kekayaan sejarah dan budaya setiap orang,” katanya.
Ia mengajak umat untuk membangun Gereja yang berpijak pada kasih, menjadi tanda persatuan, dan terbuka bagi dunia. “Bersama-sama, sebagai satu umat, mari kita berjalan menuju Tuhan dan saling mengasihi.”
Sumber : Vatican News