Bangkok, Thailand – Seruan perdamaian dan persatuan dari Paus Leo XIV dalam Misa Pelantikannya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Minggu lalu, mendapatkan respons hangat dari tokoh lintas agama di Asia. Dr. Boonchuay Doojai, cendekiawan Buddha terkemuka asal Thailand, menyampaikan refleksi mendalam atas pesan perdana Paus yang dinilainya penuh harapan di tengah dunia yang terpecah.
Sebagai ketua Yayasan Pembangunan Sosial Antar Agama Thailand dan mantan biksu, Dr. Boonchuay melihat pemilihan nama Leo XIV sebagai sinyal kuat kembalinya Gereja Katolik pada semangat ajaran sosialnya. “Nama ini sarat makna historis. Paus baru ingin menekankan keadilan, dialog, dan persatuan untuk menyembuhkan luka global yang kian dalam,” ujar Boonchuay.
Ia juga menyoroti gaya komunikasi Paus yang inklusif. Dalam pidato publik perdananya, Paus Leo XIV memilih berbicara dalam bahasa Italia dan menyampaikan salam khusus dalam bahasa Spanyol kepada komunitas lamanya di Peru. “Pilihan ini menunjukkan keberpihakan pada kebhinekaan dan pastoralitas,” ungkap Boonchuay.
Pernyataan pembuka Paus – “La pace sia con tutti voi!” atau “Damai sejahtera bagi kalian semua!” – menurut Boonchuay bukan sekadar kutipan liturgis, tetapi seruan universal di tengah konflik dunia. Dalam homilinya, Paus juga mengulang ajakan untuk perdamaian di wilayah-wilayah yang dilanda perang, seraya mengenang kata-kata terakhir Paus Fransiskus pada Minggu Paskah, sehari sebelum wafatnya.
“Suara Paus Fransiskus masih terngiang – lembut namun penuh keberanian,” kata Paus Leo XIV dalam homili, mengutip pendahulunya yang menjadi panutan global dalam hal kerendahan hati dan keberpihakan pada kaum pinggiran.
Bagi Boonchuay, yang sempat bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di pusat internasional Gerakan Focolare di Loppiano, Italia, pada Mei 2018, momen itu merupakan kehormatan besar. “Saya bertemu pria penuh kerendahan hati, yang hidup dalam kesederhanaan dan mewujudkan semangat dialog dan penerimaan,” kenangnya.
Kini, ia melihat semangat serupa dalam diri Paus Leo XIV, meski dengan warna kepemimpinan yang unik. “Beliau menghormati jejak pendahulunya, tetapi juga berani mengambil arah baru,” ujar Boonchuay. “Dia mendengarkan dengan empati, bahkan kepada mereka yang berbeda pandangan. Ini menunjukkan bahwa dia sungguh mendambakan perdamaian dunia dan harmoni di dalam Gereja.”
Dalam minggu pertama kepemimpinannya, Paus Leo XIV dinilai Boonchuay telah memberikan kesan kuat sebagai pemimpin spiritual yang membawa harapan baru lintas agama dan budaya.
Sumber : LICAS