Berhadapan dengan berbagai tantangan dunia saat ini, falsafah (Pancasila) yang menuntun ketatanegaraan Indonesia merupakan falsafah yang seimbang dan bijaksana.
Demikian disampaikan Bapa Suci Paus Fransiskus dalam pidatonya di hadapan Presiden Joko Widodo di Istana Negara dalam pertemuan dengan otoritas sipil, korps diplomatik, dan masyarakat sipil di Istana Negara, Rabu (04/09/2024).
“Saya ingin menjadikan kata-kata dari Santo Yohanes Paulus II dalam kunjungannya tahun 1989 di istana ini sebagai perkataan saya. Di antara hal-hal lain, beliau berkata: “Dengan mengakui kehadiran keanekaragaman yang sah, dengan menghargai hak-hak manusia dan politik dari semua warga, dan dengan mendorong pertumbuhan persatuan nasional berlandaskan toleransi dan sikap saling menghargai terhadap orang lain, Anda meletakkan fondasi bagi masyarakat yang adil dan damai, yang diinginkan semua warga Indonesia untuk diri mereka sendiri dan rindu untuk diwariskan kepada anak-anak mereka,”ujar Paus.
Kata Paus, jika di masa lalu, kadang prinsip-prinsip tersebut tidak selalu diterapkan, namun tetaplah diterapkan dan dipercaya. Prinsip itu ibarat mercusuar yang menyinari jalan dan yang memperingatkan kesalahan-kesalahan yang membahayakan agar bisa dihindari.
“Saya berharap agar setiap orang, dalam kehidupan mereka sehari-hari, mampu menimba inspirasi dari prinsip-prinsip ini dan menerapkannya ketika melaksanakan kewajiban mereka masing-masing, karena opus justitiae pax, perdamaian adalah karya dari keadilan,”ujar pria asal Argentina ini.
Menurut pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio ini, kerukunan bakal tercapai ketika kita berkomitmen tidak hanya demi kepentingan-kepentingan dan visi kita sendiri, tapi demi kebaikan bersama.
“Dengan membangun jembatan, memperkokoh kesepakatan dan sinergi, menyatukan kekuatan untuk mengalahkan segala bentuk penderitaan moral, ekonomi, dan sosial, dan untuk memajukan perdamaian dan kerukunan. Semoga Allah memberkati Indonesia dengan perdamaian, demi masa depan penuh harapan. Allah memberkati Anda sekalian!”