Ajaran Gereja Katolik tentang peringatan arwah orang beriman atau Hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (tanggal 2 November) berfokus pada doa dan permohonan bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Ini didasarkan pada iman Katolik bahwa meskipun seseorang telah meninggal dalam persahabatan dengan Tuhan, mereka mungkin masih memerlukan proses pemurnian sebelum masuk ke dalam kebahagiaan surgawi yang sempurna.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) memberikan pemahaman berikut:
Doa untuk Jiwa Orang Meninggal: Gereja menganjurkan umatnya untuk mendoakan jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama mereka yang masih berada dalam keadaan penyucian. KGK menegaskan bahwa doa umat beriman di dunia dapat membantu mempercepat proses pemurnian mereka. Hal ini berdasarkan iman akan “persekutuan orang-orang kudus” (KGK 1032) di mana Gereja di bumi, surga, dan api penyucian saling mendukung.
“Gereja sejak awal menghormati kenangan akan orang-orang yang telah meninggal dan mempersembahkan doa-doanya untuk mereka, terutama kurban Ekaristi, supaya mereka, setelah disucikan, dapat mencapai kebahagiaan memandang Allah.” (KGK 1032)
Penyucian Setelah Kematian: KGK mengajarkan bahwa jiwa-jiwa yang meninggal dalam kasih karunia dan persahabatan dengan Allah namun belum sepenuhnya dimurnikan akan mengalami penyucian. Gereja menyebut ini sebagai api penyucian, suatu proses yang tidak dimaksudkan untuk menghukum, tetapi untuk membersihkan dan memurnikan jiwa sebelum mereka layak memasuki kehadiran Allah yang kudus (KGK 1030-1031).
“Orang-orang yang mati dalam kasih karunia dan persahabatan dengan Allah, tetapi masih belum sepenuhnya disucikan, meskipun sudah dijamin akan keselamatannya, setelah mati mengalami penyucian, supaya memperoleh kekudusan yang perlu untuk masuk ke dalam kegembiraan surga.” (KGK 1030)
“Gereja menyebut penyucian terakhir dari orang-orang pilihan ini sebagai api penyucian, yang secara keseluruhan berbeda dengan hukuman orang-orang terkutuk.” (KGK 1031)
Pengampunan dan Pengaruh Doa bagi Arwah: Dalam KGK 958, Gereja menyatakan bahwa “doa kita bagi mereka tidak hanya dapat menolong mereka, tetapi juga membuat syafaat mereka efektif bagi kita.” Dengan demikian, doa-doa kita bukan hanya sebagai tanda kasih, tetapi juga merupakan bentuk solidaritas yang berkelanjutan antara kita dengan mereka yang telah meninggal.
Jadi, Gereja Katolik percaya bahwa doa umat beriman yang masih hidup dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian. Ini merupakan bagian dari konsep persekutuan orang kudus, di mana terdapat hubungan spiritual antara Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sedang disucikan (di api penyucian), dan Gereja yang mulia di surga.
Tradisi Alkitabiah: Doa untuk orang meninggal didukung oleh tradisi Alkitabiah. Misalnya, 2 Makabe 12:46 mencatat bahwa doa bagi yang telah meninggal adalah tindakan yang baik dan kudus, mencerminkan keyakinan Gereja bahwa doa-doa kita dapat memberi dampak positif bagi jiwa-jiwa yang berada di alam penyucian.
“Oleh karena itu, dia mempersembahkan kurban pendamaian untuk orang-orang yang telah meninggal supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka.” (2 Makabe 12:46)
Dalam perayaan Hari Arwah Semua Orang Beriman, Gereja Katolik mengundang umatnya untuk merenungkan pentingnya berdoa bagi mereka yang telah meninggal dan memperkuat pengharapan dalam kehidupan kekal. Tradisi ini menekankan pada kasih dan hubungan abadi antara orang-orang beriman yang masih hidup dan mereka yang telah meninggal.