Selasa, 3 Desember 2024 – Pesta Santo Fransiskus Xaverius
“Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil!” seru Rasul Paulus dalam 1 Korintus 9:16, seruan yang menggema di dalam hati setiap orang yang terjun dalam karya pewartaan. Kalimat ini bukan sekadar ekspresi kegelisahan atau ekspresi pribadi, melainkan deklarasi panggilan yang membara, dan terutama panggilan universal bagi semua pengikut Kristus.
Paulus tidak melihat pewartaan Injil sebagai pilihan atau pekerjaan sambilan, melainkan kewajiban yang lahir dari pertemuannya dengan Kristus. Kewajiban ini membawa dia menjadi “segala-galanya bagi semua orang,” demi menyelamatkan banyak orang. Dengan tegas Paulus menjelaskan bahwa pewartaan Injil adalah tugas yang melekat pada hidupnya, bukan demi keuntungan pribadi, melainkan demi keselamatan sesama. Baginya, menjadi segalanya bagi semua orang adalah bentuk solidaritas, cinta, dan pengorbanan.
Sikap ini, yang menuntut pengorbanan identitas dan kenyamanan pribadi, menemukan gaungnya dalam kehidupan Santo Fransiskus Xaverius, seorang imam Jesuit yang mencurahkan hidupnya untuk karya misi. Santo Fransiskus Xaverius, yang hidup pada abad ke-16, meninggalkan kemewahan Spanyol untuk mewartakan Injil di negeri-negeri jauh seperti India, Jepang, dan kepulauan Maluku.
Dalam perjalanannya, Fransiskus tidak hanya membawa ajaran Kristus, tetapi juga menyerap budaya lokal, menunjukkan fleksibilitas misionaris yang sejalan dengan semangat Paulus. John W. O’Malley dalam The First Jesuits (1993) menegaskan bahwa keberhasilan Fransiskus Xaverius tidak hanya terletak pada strategi misionarisnya, tetapi juga pada kerendahan hati dan keterbukaannya terhadap kebudayaan setempat. Ia tidak memaksakan Kekristenan ala Eropa, melainkan membangun jembatan untuk menghubungkan Injil dengan kehidupan orang-orang yang dilayaninya. Hal ini sejalan dengan semangat Paulus untuk menjadi segala sesuatu bagi semua orang demi memenangkan jiwa-jiwa.
Stephen Neill dalam bukunya A History of Christian Missions (1986) menyebut Santo Fransiskus Xaverius sebagai salah satu misionaris terbesar dalam sejarah Kekristenan, karena dedikasinya yang luar biasa dan pendekatannya yang inklusif. Neill menyoroti bahwa keberhasilan Fransiskus bukan hanya karena keberanian dan ketekunannya, tetapi juga kerendahan hati untuk memahami kebutuhan spiritual dan budaya masyarakat yang dilayaninya.
Kisah Injil Markus 16:15-20 memperkuat tema panggilan dan perutusan ini. Yesus berkata, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Perintah ini bukan hanya seruan historis kepada para murid, melainkan undangan abadi bagi Gereja untuk mewartakan kabar baik. Hans Urs von Balthasar dalam Love Alone Is Credible (2004) menyoroti bahwa pewartaan Injil tidak hanya menyampaikan ajaran, tetapi menghadirkan wajah kasih Allah di tengah dunia. Pewartaan Injil pada dasarnya adalah upaya mewujudkan kasih Allah yang tak terbatas. Para pewarta Injil, seperti Paulus dan Fransiskus Xaverius, menjadi alat kasih yang nyata di dunia, menunjukkan bahwa misi Gereja tidak terbatas pada kata-kata, tetapi menjadi saksi hidup akan transformasi yang ditawarkan Kristus.
Markus 16 juga mencatat tanda-tanda yang menyertai pewartaan, seperti pengusiran roh jahat dan penyembuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pewartaan tidak lepas dari tindakan nyata yang membawa transformasi bagi manusia.
Pesta Santo Fransiskus Xaverius pada 3 Desember menjadi momen untuk merefleksikan panggilan setiap orang Kristen untuk mengambil bagian dalam karya misi. Dalam dunia yang terus berubah, pewartaan Injil menuntut pendekatan kreatif dan relevan. Namun, esensinya tetap sama: membawa kabar baik dengan kasih dan keberanian, seperti yang telah diteladankan oleh Paulus dan Fransiskus.
Refleksi ini menjadi undangan bagi kita semua untuk melihat hidup sebagai sebuah kesempatan mewartakan kasih Allah, baik melalui kata-kata maupun tindakan nyata. Pada akhirnya, seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 9:23, “Segala sesuatu ini kulakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya.”
Daftar Pustaka
- John W. O’Malley, The First Jesuits, Cambridge: Harvard University Press, 1993.
- Hans Urs von Balthasar, Love Alone Is Credible, San Francisco: Ignatius Press, 2004.
- Neill, Stephen. A History of Christian Missions. London: Penguin Books, 1986.
- The New Jerome Biblical Commentary. Raymond E. Brown et al. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1990.