Selasa, 28 Januari 2025
Dalam perjalanan hidup beriman, kita sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar: bagaimana manusia dapat benar-benar hidup selaras dengan kehendak Allah? Dua bacaan ini, Ibrani 10:1-10 dan Markus 3:31-35, memberikan jawaban yang mendalam, mengarahkan kita pada inti relasi manusia dengan Sang Pencipta.
Surat kepada orang Ibrani menggambarkan bagaimana hukum Taurat hanyalah bayangan dari kebaikan yang akan datang, bukan hakikat itu sendiri. Penulis menegaskan bahwa pengorbanan yang berulang-ulang tidak dapat menyempurnakan mereka yang datang untuk mempersembahkannya. “Karena itu,” tulisnya, “Kristus berkata: ‘Engkau tidak menghendaki korban dan persembahan, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.'” (Ibr. 10:5). Pernyataan ini menunjukkan pergeseran dari ritual formal menuju relasi yang intim dengan Allah melalui ketaatan dan kasih. Teolog Karl Barth (1956) mengungkapkan bahwa tindakan Kristus adalah penggenapan kehendak Allah yang sejati, menjadikan hukum Taurat bukan sebagai alat pembenaran diri, tetapi sebagai pengantar kepada perjumpaan dengan kasih karunia.
Ketika kita berpaling pada Injil Markus, kisah tentang keluarga Yesus menjadi pengingat yang mendalam tentang siapa yang benar-benar menjadi bagian dari keluarga Allah. Ketika diberitahu bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya mencari-Nya, Yesus menjawab, “Siapa ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku?” Lalu Ia menatap orang-orang di sekeliling-Nya dan berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku, laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.” (Mrk. 3:33-35). Pesan ini membawa kita pada kesadaran bahwa keluarga spiritual melampaui hubungan biologis, mengundang setiap orang untuk terlibat dalam kehendak Allah dengan setia.
Ahli tafsir William Lane (1974) menyoroti bahwa pernyataan Yesus di sini bukanlah penolakan terhadap keluarga-Nya, tetapi perluasan makna keluarga. Dalam Kristus, keluarga Allah mencakup mereka yang menjawab panggilan-Nya dengan taat dan setia. Hal ini selaras dengan pemikiran Hans Urs von Balthasar (1988), yang menyatakan bahwa ketaatan kepada kehendak Allah adalah bentuk kasih yang tertinggi, menempatkan kehendak ilahi di atas segala bentuk kepemilikan manusiawi.
Dalam refleksi ini, kita melihat penggenapan yang indah antara dua bacaan tersebut. Hukum Taurat yang digambarkan sebagai bayangan dalam Ibrani kini mendapatkan hakikatnya dalam karya Yesus yang sempurna. Sementara itu, Injil Markus menunjukkan bagaimana karya ini memanggil kita untuk menjadi keluarga Allah, bukan berdasarkan garis keturunan, tetapi melalui ketaatan. Relasi dengan Allah tidak lagi dibatasi oleh ritual yang kaku atau struktur hierarkis, tetapi menjadi sebuah perjumpaan yang hidup, dinamis, dan penuh kasih.
Merenungkan kedua bacaan ini, kita diajak untuk meninjau kembali kehidupan kita. Apakah kita masih terjebak dalam bayangan hukum yang membelenggu, ataukah kita sudah memasuki kebebasan kasih karunia Kristus? Apakah kita memahami keluarga sebagai ruang relasi yang melibatkan Allah, ataukah kita membatasinya hanya pada hubungan darah? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pintu masuk untuk mendalami makna sejati kehidupan beriman yang ditawarkan Kristus.
Dalam hidup-Nya, Yesus menunjukkan ketaatan sempurna kepada kehendak Allah, sebuah teladan yang menginspirasi kita untuk melampaui formalitas agama dan masuk ke dalam keintiman relasi dengan Sang Pencipta. Kasih-Nya yang tak bersyarat memanggil kita untuk hidup dalam kebebasan anak-anak Allah, melibatkan diri sepenuh hati dalam kehendak-Nya, dan mencintai sesama sebagai keluarga rohani kita. Dalam keheningan doa, kita dapat berbisik, “Ya Allah, jadikanlah aku pelaku kehendak-Mu, sehingga aku dapat hidup sepenuhnya sebagai bagian dari keluarga-Mu.”
Daftar Pustaka
- Barth, Karl. Church Dogmatics IV/1. Edinburgh: T&T Clark, 1956.
- Lane, William L. The Gospel of Mark: A Commentary on the Greek Text. Grand Rapids: Eerdmans, 1974.
- Von Balthasar, Hans Urs. Theo-Drama: Theological Dramatic Theory, Volume 2: Dramatis Personae: Man in God. San Francisco: Ignatius Press, 1988.