Vatikan, 1 Mei 2025 — Dalam suasana penuh pengharapan menjelang konklaf untuk memilih Paus baru, Kolegium para Kardinal mengeluarkan sebuah pernyataan yang menggugah hati umat Katolik sedunia. Mereka memohon dukungan doa agar dapat melaksanakan tugas besar ini dengan kebijaksanaan rohani dan keterbukaan penuh terhadap kehendak Roh Kudus.
Pernyataan tersebut dirilis oleh Takhta Suci pada hari Rabu, seminggu sebelum konklaf dimulai, bertepatan dengan malam tanggal 1 Mei yang juga menjadi awal Bulan Maria — momen yang dianggap sarat makna oleh umat Katolik karena peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan dan dalam kehidupan Gereja.
“Kolegium para Kardinal yang berkumpul di Roma, yang terlibat dalam Kongregasi Umum dalam persiapan Konklaf, ingin mengundang Umat Allah untuk menghayati momen gerejawi ini sebagai peristiwa rahmat dan kebijaksanaan rohani, mendengarkan kehendak Allah,” tulis pernyataan resmi tersebut.
Tugas yang Besar, Doa yang Dibutuhkan
Dalam pernyataan itu, para Kardinal mengakui beratnya tanggung jawab yang mereka emban sebagai pemilih Paus baru, penerus Rasul Petrus dan gembala Gereja universal. Mereka menyatakan dengan jujur bahwa mereka membutuhkan dukungan rohani dari seluruh umat Allah agar dapat menjalankan proses pemilihan ini dalam semangat iman dan kerendahan hati.
“Kami merasa perlu didukung oleh doa semua umat beriman,” tulis para Kardinal, “karena kami sadar akan tanggung jawab besar kami dalam memilih penerus Petrus berikutnya.”
Doa, lanjut mereka, bukan sekadar rutinitas devosional, melainkan “kekuatan sejati” yang menggerakkan Gereja, menyatukan seluruh anggota Tubuh Kristus dalam kehendak Allah.
“Dihadapkan dengan besarnya tugas di depan dan urgensi saat ini,” bunyi pernyataan tersebut, “pertama-tama penting untuk menjadikan diri kita sebagai alat yang rendah hati dari kebijaksanaan dan penyelenggaraan Bapa Surgawi yang tak terbatas, dalam ketaatan pada tindakan Roh Kudus.”
Roh Kudus: Aktor Utama Pemilihan Paus
Para Kardinal menekankan bahwa bukan mereka, melainkan Roh Kudus, yang menjadi tokoh utama dalam proses pemilihan Paus. Tugas mereka adalah membuka diri dan mendengarkan suara-Nya dengan hati yang jernih.
“Roh Kudus adalah tokoh utama dalam kehidupan Umat Allah, Dia yang harus kita dengarkan, menerima apa yang Dia katakan kepada Gereja.”
Mereka pun menyerahkan seluruh proses ini di bawah perlindungan dan doa syafaat Bunda Maria. “Semoga Santa Perawan Maria menyertai doa-doa ini dengan perantaraan keibuannya,” demikian penutup pernyataan.
Refleksi Teologis: Pemilihan Paus Bukan Proyek Manusia
Menanggapi seruan doa dari para Kardinal, Pater Sylvain Detoc, OP, seorang profesor teologi asal Prancis yang berkarya di Roma dan Toulouse, berbicara kepada Vatican News mengenai dimensi rohani dari konklaf.
Pater Sylvain mengingatkan bahwa Gereja bukan sekadar lembaga manusia, melainkan karya Allah di tengah manusia, yang digerakkan oleh Roh Kudus. Jika Gereja berfungsi tanpa kekuatan Roh, katanya, ia hanya akan menjadi lembaga sosial biasa.
“Tanpa Roh Kudus, kita hanya akan menjadi semacam LSM. Paling banter, LSM yang berbuat baik; paling buruk, tidak. Tetapi tidak akan ada yang lebih dari itu—semacam langit-langit kaca yang tidak bisa kita tembus.”
Menurutnya, doa umat beriman membuka Gereja pada kesatuan dan harmoni. Ia mengibaratkan Roh Kudus sebagai dirigen dalam orkestra besar Gereja.
“Roh Kuduslah yang menarik kita ke dunia Allah. Dialah yang memberikan kesatuan kepada Gereja. Ketika kita berdoa, kita membuka diri kita untuk menerima kesatuan itu.”
Pater Sylvain pun menyamakan situasi ini dengan pengalaman para rasul di Ruang Atas (Upper Room), yang berdoa bersama Maria setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus, menantikan turunnya Roh Kudus. Kini, para Kardinal pun berada dalam situasi serupa — mempersiapkan diri untuk menerima kehendak Tuhan melalui doa yang intens.
Tubuh Gereja: Peran Magisterium dan Peran Umat
Lebih lanjut, Pater Sylvain menafsirkan peran Kolegium Para Kardinal dalam kerangka tubuh Gereja yang hidup, sebagaimana digambarkan oleh Santo Paulus: Yesus sebagai Kepala, Roh Kudus sebagai jiwa, dan seluruh umat sebagai anggota tubuh.
“Magisterium Gereja adalah organ vital. Tapi organ-organ vital bukanlah tubuh itu sendiri — mereka melayani tubuh. Dan tubuh itu mencakup seluruh umat beriman.”
Dalam semangat ini, ia menilai sangat indah bahwa para Kardinal, sebagai salah satu organ vital, menyadari keterbatasan mereka dan secara eksplisit meminta bantuan dari seluruh tubuh Gereja: dari doa anak-anak kecil, orang sederhana, kaum religius, hingga umat awam di seluruh penjuru dunia.
Doa Sebagai Wujud Kerendahan Hati
Menurut Pater Sylvain, permintaan doa dari para Kardinal juga mencerminkan kerendahan hati. Gereja sedang berada dalam masa Paskah — masa antara Kebangkitan dan Pentakosta — saat para murid sendiri juga tidak tahu apa yang harus dilakukan, kecuali berdoa dalam kebersamaan.
“Doa anak-anak kecil mengangkat Gereja,” katanya. “Ada kisah dalam tradisi tentang seorang pengkhotbah yang luar biasa, tapi keberhasilannya ternyata berkat doa seorang nenek tua yang berdoa rosario di bangku belakang.”
Pertanyaan yang Sesungguhnya
Sebagai penutup, Pater Sylvain mengajak seluruh umat Katolik untuk menghindari diskusi-diskusi dangkal soal calon Paus — apakah ia konservatif atau progresif — dan fokus pada pertanyaan penting ini:
“Apa yang Roh Kudus ingin capai bagi umat manusia pada masa kini melalui suksesi para rasul ini?”
Gereja bukanlah proyek manusia untuk Allah. Gereja adalah karya Allah di dalam diri manusia, tegas Sylvain.
Sumber : Vatican News