KENAIKAN TUHAN KE SURGA – KAMIS, 29 MEI 2025
Langit terbuka, dan para murid menatap ke atas, terpaku pada kepergian Sang Guru. Tubuh-Nya tak lagi bersama mereka, tapi pesan-Nya mengendap dalam hati mereka, membakar seperti bara yang tak padam. Kisah Kenaikan Tuhan bukanlah akhir sebuah perjalanan, melainkan permulaan sebuah panggilan. Injil Lukas menutup kisah Yesus dengan tindakan pengangkatan-Nya ke surga, tapi tak diakhiri dengan kesedihan. Sebaliknya, para murid kembali ke Yerusalem dengan sukacita besar. Sebuah paradoks ilahi: kehilangan yang melahirkan harapan.
Dalam Kisah Para Rasul, Lukas melanjutkan narasi ini: Yesus, setelah 40 hari berbicara tentang Kerajaan Allah, diangkat ke surga di depan mata mereka. Namun sebelum itu, Ia berpesan, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.” (Kis 1:8). Dalam satu kalimat itu, seluruh misi Gereja dilahirkan. Kepergian-Nya bukan pelepasan, tetapi perutusan. Ia tidak meninggalkan para murid dengan kehampaan, tetapi dengan Roh, dengan visi, dan dengan tugas.
Surat Efesus membantu kita menafsirkan peristiwa ini dengan kedalaman spiritual. Paulus tidak sekadar menyampaikan kabar bahwa Yesus telah dimuliakan di surga, tetapi bahwa kita turut dilibatkan dalam kemuliaan itu. “Ia telah menempatkan Kristus di sebelah kanan-Nya di surga… dan telah memberikan Dia kepada jemaat sebagai Kepala.” (Ef 1:20–22). Bagi Paulus, kenaikan Kristus bukanlah keterpisahan, melainkan jaminan keterhubungan baru yang lebih mendalam. Kita menjadi Tubuh dari Kepala yang telah dimuliakan, dan karena itu, kita dipanggil untuk hidup dalam terang hikmat dan pewahyuan.
Teolog Hans Urs von Balthasar dalam Mysterium Paschale (1990) menulis, “Kenaikan bukanlah absensi, melainkan transposisi: Yesus kini hadir dalam cara yang lebih universal, dalam tubuh mistik-Nya, yakni Gereja.” Ia menekankan bahwa Kenaikan bukan pemisahan, tetapi transformasi relasi: dari kehadiran fisik menjadi kehadiran sakramental dan rohani, melalui Roh Kudus.
Sementara itu, N.T. Wright dalam Surprised by Hope (2008) menggarisbawahi bahwa kenaikan bukanlah pelarian ke dunia lain, tetapi penegasan bahwa Yesus kini berdaulat atas dunia ini dari tempat yang lebih tinggi. “Heaven is not far away; it’s God’s dimension of our present reality.” Dengan kenaikan-Nya, Yesus kini mengatur dunia bukan dari kejauhan, tetapi dari takhta surgawi yang aktif menuntun sejarah menuju kepenuhannya.
Para murid tidak ditinggalkan untuk meratapi. Mereka dipenuhi dengan janji: Roh Kudus akan datang, kekuatan akan dicurahkan, dan mereka akan menjadi saksi sampai ke ujung bumi. Maka sukacita mereka di Lukas 24 adalah sukacita orang yang tahu bahwa perpisahan bukan akhir, melainkan permulaan. Di ruang tunggu dunia, mereka belajar percaya bahwa hadirat Tuhan kini hadir dalam misi mereka.
Hari ini, bacaan ini mengajak kita untuk tidak menatap langit dalam kekosongan, tapi untuk mengenali bahwa kita hidup dalam masa Roh Kudus. Kita hidup dalam masa misi. Dalam setiap langkah, kita berjalan sebagai saksi yang memanggul terang Kenaikan, terang harapan, dan terang kehadiran Kristus yang tak pernah meninggalkan kita.
Daftar Pustaka:
- Wright, N.T. Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission of the Church. HarperOne, 2008.
- von Balthasar, Hans Urs. Mysterium Paschale: The Mystery of Easter. Ignatius Press, 1990.
- Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. Yale University Press, 1997.
- Fitzmyer, Joseph A. The Acts of the Apostles: A New Translation with Introduction and Commentary. Yale Anchor Bible Series, 1998.
- Marshall, I. Howard. The Gospel of Luke: A Commentary on the Greek Text. Eerdmans, 1978.