Rabu, 13 November 2024
Refleksi Atas Bacaan Hari Ini, Titus 3:1-7 dan Lukas 17:11-19
Dua bacaan hari ini—Titus 3:1-7 dan Lukas 17:11-19—mengandung pesan mendalam tentang rahmat, belas kasih, dan tanggapan kita sebagai umat beriman. Melalui kedua perikop ini, kita dipanggil untuk memahami makna sejati dari kasih karunia Allah yang melimpah dan keutamaan syukur dalam kehidupan.
Pada Titus 3:1-7, Paulus mengingatkan kita tentang pentingnya hidup sebagai warga negara yang baik dan menunjukkan kelembutan, kerendahan hati, dan kasih kepada semua orang. Ia menguraikan bagaimana belas kasih Allah menyelamatkan kita bukan karena kebaikan atau usaha kita, melainkan semata-mata karena kasih dan rahmat-Nya. Dalam ayat ini, Paulus menggambarkan Allah yang murah hati yang mengaruniakan pembaruan dalam Roh Kudus, mengalirkan kehidupan baru kepada kita (The New Jerome Biblical Commentary, 1990). Paulus mengingatkan kita akan makna keselamatan yang tidak bersyarat, bahwa kita diselamatkan “bukan oleh perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan dalam kebenaran, tetapi karena rahmat-Nya.”
Bapa Gereja, Santo Agustinus, menekankan bahwa keselamatan adalah inisiatif Allah, yang melampaui upaya manusia untuk mencapai kesalehan (Von Balthasar, Theo-Drama, 1988). Menurutnya, rahmat itu “menyelamatkan kita dari dosa, meski kita tak layak.” Panggilan untuk menunjukkan kelembutan hati dan ketaatan kepada otoritas manusia mengingatkan kita bahwa hidup beriman mencakup kehidupan sosial yang harmonis dan etika yang selaras dengan kasih Allah. Dalam konteks modern, kita dapat mengambil contoh konkret dari seseorang yang bekerja di lembaga pemerintahan, seorang yang menempati posisi berpengaruh namun tetap rendah hati, berlaku jujur, dan menjalankan tugas demi kepentingan umum, bukan demi keuntungan pribadi.
Dalam Injil Lukas 17:11-19, kita menemukan kisah tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Namun, hanya satu yang kembali untuk berterima kasih kepada-Nya. Kisah ini menggambarkan betapa langkanya rasa syukur. Menurut James Martin SJ dalam bukunya Jesus: A Pilgrimage (2014), orang Samaria yang kembali kepada Yesus menunjukkan bahwa “syukur adalah pintu yang membuka kita kepada pengalaman rahmat yang lebih dalam.” Syukur tidak hanya sekadar respons emosional, tetapi jalan masuk kepada relasi yang mendalam dengan Tuhan.
Teolog Karl Rahner juga menggarisbawahi makna syukur sebagai esensi iman. Menurutnya, “Syukur adalah bentuk paling murni dari kerendahan hati, karena dengan bersyukur kita mengakui bahwa segala sesuatu adalah pemberian Tuhan” (Foundations of Christian Faith, 1978). Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan, sudahkah kita bersyukur atas anugerah kecil maupun besar yang telah kita terima? Di tengah kehidupan yang penuh kesibukan, sering kali kita melupakan untuk bersyukur atas hal-hal sederhana, seperti udara segar, kesehatan, atau keluarga yang penuh kasih.
Contoh konkret dari rasa syukur yang mendalam dapat kita lihat dalam kehidupan seorang petugas medis yang bekerja dengan penuh dedikasi. Mereka merawat pasien-pasien dengan sabar, tanpa selalu mendapatkan penghargaan atau pengakuan yang memadai. Namun, mereka tetap menjalankan tugas dengan hati penuh kasih, menyadari bahwa panggilan ini adalah karunia yang harus dihayati dan disyukuri.
Dari kedua bacaan ini, kita diajak untuk hidup dalam kasih yang mendalam, belas kasih yang tulus, dan rasa syukur yang sejati. Dengan bersyukur, kita bukan hanya menghargai pemberian Tuhan, tetapi juga membuka hati kita untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Dan melalui rahmat Allah, kita diundang untuk menjadi saksi-Nya di dunia dengan menjalani hidup yang penuh kasih, pelayanan, dan kerendahan hati. Seperti diingatkan oleh Hans Urs von Balthasar, “hidup manusia yang terhubung dengan Allah adalah refleksi yang paling indah dari kasih karunia-Nya yang tak terbatas.”
Daftar Pustaka
- Agustinus, Santo. Confessions. (Berbagai terjemahan dan edisi).
- Balthasar, Hans Urs von. Theo-Drama: Theological Dramatic Theory, Vol. II: The Drama of Salvation. San Francisco: Ignatius Press, 1988.
- Larue, Gerald A. Old Testament Life and Literature. Boston: Allyn and Bacon, 1968.
- Martin, James SJ. Jesus: A Pilgrimage. New York: HarperOne, 2014.
- Rahner, Karl. Foundations of Christian Faith: An Introduction to the Idea of Christianity. New York: Crossroad Publishing Company, 1978.
- The New Jerome Biblical Commentary. The New Jerome Biblical Commentary. Edited by Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer, and Roland E. Murphy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1990.