Minggu, 17 November 2024
Hari ini Minggu Biasa Pekan XXXIII, 17 November 2024. Bacaan diambil dari Daniel 12:1-3, Ibrani 10:11-14.18, dan Markus 13:24-32. Dalam kitab Daniel, kita menemui pesan pengharapan di tengah-tengah ancaman dan kesulitan. Bagian ini berbicara mengenai “masa kesusahan” yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun diiringi dengan janji kebangkitan dan keselamatan bagi mereka yang tertulis dalam “Kitab Kehidupan.” Daniel menggambarkan dua kelompok yang berbeda: mereka yang bangkit untuk kehidupan kekal, dan mereka yang bangkit untuk kehinaan kekal. Penekanan pada kebangkitan ini memperlihatkan fokus eskatologis yang kuat—yakni harapan akan akhir zaman dan pemulihan umat Allah.
Ahli tafsir John J. Collins dalam bukunya, Daniel: A Commentary on the Book of Daniel (1993), menjelaskan bahwa teks ini mencerminkan harapan umat Israel yang sedang mengalami penderitaan. Pengharapan pada kebangkitan bukan hanya soal akhir dari penderitaan, tetapi juga tentang transformasi yang akan datang bagi mereka yang setia. Kebangkitan bagi mereka yang bijaksana, yang “bercahaya seperti cakrawala,” adalah sebuah pengakuan atas kesetiaan yang membawa dampak abadi bagi orang lain.
Sebagai contoh konkret, kita dapat melihat para martir sepanjang sejarah yang berjuang demi kebenaran dan keadilan, meskipun menghadapi ancaman dan penindasan. Nama mereka mungkin dilupakan dunia, tetapi tetap diingat oleh Tuhan. Para aktivis yang berjuang demi keadilan sosial, meskipun dihadapkan pada tantangan besar, mencerminkan kesetiaan dan kebijaksanaan yang mengarah pada kebangkitan sejati dalam terang ilahi.
Persembahan Sempurna
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani menekankan satu hal yang sangat penting: Kristus telah mempersembahkan diri-Nya sekali untuk selamanya demi pengampunan dosa. Di sini, Kristus menjadi imam besar yang mempersembahkan satu korban yang sempurna, berbeda dengan imam-imam Perjanjian Lama yang harus terus-menerus mempersembahkan korban setiap hari. Dengan pengorbanan-Nya, dosa telah dihapuskan, dan tidak diperlukan lagi korban penghapus dosa.
William L. Lane, dalam Hebrews: A Call to Commitment (1985), menyatakan bahwa Kristus sebagai Imam Besar telah menggenapi semua yang tidak bisa dipenuhi oleh sistem persembahan Perjanjian Lama. “Sekali untuk selamanya” bukan hanya sekadar ungkapan liturgis, tetapi merupakan kenyataan teologis yang membawa dampak besar bagi kehidupan kita: kita tidak lagi terikat oleh dosa, dan kita memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus.
Dalam kehidupan sehari-hari, ini mengingatkan kita akan pentingnya mengandalkan kasih karunia daripada usaha manusia. Misalnya, seorang yang merasa terbebani oleh kesalahan masa lalu dapat menemukan kelegaan dalam pengorbanan Kristus. Ia tidak perlu terjebak dalam rasa bersalah, tetapi bisa menghadap Allah dengan keyakinan bahwa pengampunan telah diberikan secara cuma-cuma. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kebebasan yang disediakan oleh kasih Kristus.
Tanda-Tanda Akhir Zaman
Injil Markus memperkenalkan kita pada gambaran eskatologis yang penuh simbol, berbicara tentang kegelapan matahari dan bulan, bintang-bintang yang berjatuhan, serta kedatangan Anak Manusia dengan segala kemuliaan-Nya. Bagian ini adalah nubuat tentang akhir zaman, yang mengajak kita untuk berjaga-jaga dan bersiap, karena “tidak ada yang tahu hari atau saatnya, hanya Bapa saja.”
R. T. France, dalam The Gospel of Mark: A Commentary on the Greek Text (2002), menyatakan bahwa bagian ini bukanlah tentang ketakutan atau ancaman, melainkan tentang janji kepastian bahwa Kristus akan datang kembali. Perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas menjadi penanda bahwa musim telah berubah, menunjukkan bahwa tanda-tanda akhir bukanlah alasan untuk merasakan ketakutan, tetapi untuk pengharapan.
Dalam konteks kehidupan, ini mengingatkan kita akan pentingnya tetap berjaga dan siap menghadapi segala kemungkinan. Contohnya, seorang dokter yang menghadapi pandemi dengan penuh kesabaran dan ketabahan adalah contoh dari orang yang siap menghadapi ketidakpastian, tetapi tetap teguh berjuang demi kehidupan. Dalam konteks iman, kita diajak untuk siap dalam segala situasi dengan dasar pengharapan pada kedatangan Kristus.
Pengharapan di Tengah Ketidakpastian
Ketiga bacaan ini memberikan pesan yang saling melengkapi. Dari kitab Daniel, kita belajar tentang pengharapan akan kebangkitan di tengah penderitaan. Dari Surat Ibrani, kita diingatkan akan korban sempurna yang menghapus dosa dan memberikan kebebasan. Dari Injil Markus, kita dipanggil untuk berjaga dan hidup dalam pengharapan yang kokoh akan kedatangan kembali Kristus. Semua ini mengarahkan kita pada satu kesimpulan: meskipun kita hidup dalam dunia yang penuh ketidakpastian dan tantangan, kita memiliki pengharapan yang tidak tergoyahkan dalam Allah yang setia.
Contoh nyata dapat dilihat pada komunitas-komunitas Kristen yang terus melayani di daerah konflik, di tengah kemiskinan, atau dalam menghadapi bencana alam. Mereka tidak terjebak dalam rasa takut atau keputusasaan, tetapi menatap masa depan dengan pengharapan, mengetahui bahwa pengorbanan Kristus sudah mengalahkan dosa, dan kebangkitan yang dijanjikan adalah realitas yang akan datang.
Semoga refleksi ini memberi inspirasi untuk hidup dalam iman, pengharapan, dan kasih, menghadapi ketidakpastian dengan keberanian, dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA:
Collins, John J. Daniel: A Commentary on the Book of Daniel. Minneapolis: Fortress Press, 1993.
Lane, William L. Hebrews: A Call to Commitment. Vancouver: Regent College Publishing, 1985.
France, R. T. The Gospel of Mark: A Commentary on the Greek Text. Grand Rapids: Eerdmans, 2002.