Minggu Paskah, 20 April 2025
Dalam ketenangan pagi yang belum sepenuhnya merekah, Maria Magdalena datang ke makam dan mendapati batu telah terguling. Hatinya gemetar. Ia berlari, menjemput Petrus dan murid lain yang dikasihi Yesus. Peristiwa yang dicatat dalam Yohanes 20:1-9 ini bukanlah hanya kisah tentang kekosongan makam, melainkan tentang kepenuhan pengharapan. Kebangkitan Kristus adalah titik balik seluruh sejarah manusia, di mana maut tidak lagi menjadi kalimat penutup, melainkan koma yang mengantar pada kehidupan kekal.
Bacaan Injil membawa kita pada kebingungan para murid, pada lari-lari kecil dalam fajar, pada perasaan bercampur antara kehilangan dan iman yang perlahan menyala. Santo Augustinus dalam Tractates on the Gospel of John (ca. 406 M) menafsirkan bahwa kebangkitan ini bukan hanya peristiwa historis, tetapi sebuah kenyataan spiritual: kebangkitan Kristus adalah undangan bagi jiwa untuk bangkit dari kubur dosa menuju terang kasih ilahi.
Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul 10:34a, 37–43 adalah pidato Petrus kepada Kornelius. Ini bukan pidato dogmatis, melainkan kesaksian yang mengalir dari pengalaman akan Yesus yang hidup. Dalam terang Paskah, Petrus tidak lagi hanya seorang penjala ikan, tetapi penjala manusia. Kebangkitan membuatnya tidak gentar bersaksi, karena ia telah mengalami bahwa cinta lebih kuat dari maut. Teolog modern N.T. Wright dalam Surprised by Hope (2008) menyatakan bahwa “the resurrection is not just about going to heaven when we die, but about God’s new creation having already begun”—kebangkitan adalah benih surga yang ditanam di bumi.
Mazmur 118 menjadi nyanyian kemenangan yang sempurna dalam konteks ini. “Batu yang dibuang oleh tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” (Mzm 118:22). Kristus adalah batu penjuru dunia baru. Kemenangan-Nya bukan hanya atas maut, melainkan atas segala penolakan, penghinaan, dan penderitaan. Kemenangan ini tidak keras, tidak gemuruh, tetapi hadir dalam kekosongan makam, dalam napas lembut kehidupan baru.
Bacaan dari Kolose 3:1-4 atau 1Korintus 5:6b-8 memperkuat pesan ini. “Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada.” Santo Yohanes Krisostomus (Homili Paskah, abad ke-4) mengajak kita untuk memahami bahwa Paskah mengundang kita melepaskan ragi lama—dosa, kefasikan, kepalsuan—dan mengenakan manusia baru yang dibangkitkan bersama Kristus. Gereja bukan hanya memperingati, tetapi menghidupi kebangkitan ini dalam perayaan dan laku hidup harian.
Dalam dunia yang penuh luka, perang, ketidakpastian ekonomi, dan keputusasaan sosial, Paskah menjadi lentera yang tidak padam. Yesus yang bangkit bukanlah utopia, melainkan realitas yang hadir dalam setiap tindakan kasih, dalam setiap pengampunan, dalam setiap keberanian untuk memulai lagi setelah jatuh. Kebangkitan adalah revolusi spiritual yang membangkitkan harapan, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk selama-lamanya. SELAMAT PASKAH!
Daftar Pustaka
- Augustinus. Tractates on the Gospel of John. 406 M.
- Wright, N.T. Surprised by Hope: Rethinking Heaven, the Resurrection, and the Mission of the Church. HarperOne, 2008.
- Chrysostom, John. Paschal Homily. ca. 390-400 M.
- Pope Benedict XVI. Jesus of Nazareth: Holy Week. Ignatius Press, 2011.
- Balthasar, Hans Urs von. Mysterium Paschale. T&T Clark, 1990.