Jumat, 20 Desember 2024
Dalam perjalanan sejarah umat manusia, narasi ilahi sering kali terjalin dengan realitas sehari-hari, menciptakan sebuah harmoni yang membawa terang dalam kegelapan. Dua teks yang menjadi pusat perenungan ini, Yesaya 7:10-14 dan Lukas 1:26-38, menghadirkan keindahan janji dan penggenapannya yang menyentuh hati setiap pembaca yang merenungkannya dengan iman.
Yesaya 7:10-14 membawa kita ke masa pemerintahan Raja Ahas, ketika bangsa Yehuda berada dalam ancaman besar. Tuhan, melalui nabi Yesaya, memberikan sebuah tanda yang melampaui kebijakan manusiawi: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” Dalam konteks ini, tanda Imanuel bukan hanya sebuah solusi politis atau strategi militer. Para ahli tafsir seperti John N. Oswalt dalam karyanya The Book of Isaiah: Chapters 1-39 (1986), menekankan bahwa janji ini adalah simbol kehadiran Allah yang tidak tergantung pada keadaan manusia. Imanuel, yang berarti “Allah beserta kita,” adalah pengingat bahwa Tuhan berjalan bersama umat-Nya bahkan di tengah kekacauan dan ketakutan.
Beralih ke Lukas 1:26-38, kita melihat bagaimana janji itu mencapai puncaknya dalam kabar sukacita kepada Maria. Malaikat Gabriel menyampaikan pesan yang melampaui pemahaman manusia: “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” Maria, seorang gadis muda yang hidup dalam kesederhanaan, menunjukkan keberanian iman yang luar biasa dengan menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Dalam tafsirannya, Raymond E. Brown dalam buku The Birth of the Messiah (1993), menggambarkan momen ini sebagai titik balik dalam sejarah keselamatan, ketika Maria dengan bebas memberikan dirinya untuk menjadi alat Tuhan dalam rencana-Nya yang besar.
Kedua teks ini saling melengkapi dengan indah, menyatukan janji lama dan penggenapan baru. Dalam Yesaya, Allah menjanjikan kehadiran-Nya yang penuh kasih. Dalam Lukas, kehadiran itu menjadi nyata melalui inkarnasi Putra Allah. Kedua narasi ini mengundang kita untuk merenungkan misteri Allah yang memilih untuk hadir dalam dunia manusia dengan cara yang rendah hati dan tidak terduga.
Ketika kita merenungkan dua bacaan ini, kita diajak untuk meneladani iman Maria, yang menerima rencana Allah dengan penuh kerendahan hati, dan untuk mempercayai janji Imanuel yang hadir di tengah kehidupan kita yang penuh tantangan. Dalam terang kedua bacaan ini, kita diingatkan bahwa Allah tidak hanya jauh di atas sana, tetapi Ia juga hadir di sini, berjalan bersama kita dalam suka dan duka.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. The Birth of the Messiah. New York: Doubleday, 1993.
- Oswalt, John N. The Book of Isaiah: Chapters 1-39. Grand Rapids: Eerdmans, 1986.
- Fitzmyer, Joseph A. The Gospel According to Luke I-IX. New York: Doubleday, 1981.
- Childs, Brevard S. Isaiah. Louisville: Westminster John Knox Press, 2001.
- Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. Downers Grove: IVP Academic, 1993.