Berikut ini adalah kata pengantar yang ditulis oleh mendiang Paus Fransiskus pada 7 Februari 2025 untuk buku dalam bahasa Italia oleh Kardinal Angelo Scola, Uskup Agung Emeritus Milan, yang berjudul “Menanti Awal yang Baru. Refleksi tentang Masa Tua.” ( Awaiting a New Beginning. Reflections on Old Age) Buku yang diterbitkan oleh Vatican Publishing House (LEV). Berikut uraiannya :
oleh : Paus Fransiskus
Saya membaca dengan penuh haru setiap halaman dari buku kecil yang lahir dari pemikiran dan kasih Kardinal Angelo Scola, seorang saudara terkasih dalam episkopat dan tokoh penting dalam Gereja. Ia pernah menjadi rektor Universitas Kepausan Lateran, lalu Patriark Venesia, dan kemudian Uskup Agung Milan.
Pertama-tama, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas refleksi beliau yang menyentuh, yang menggabungkan pengalaman pribadi dan kepekaan budaya dengan cara yang sangat istimewa. Dua unsur ini—pengalaman hidup dan budaya—saling memperkaya satu sama lain. Yang satu menerangi yang lain. Dalam jalinan ini, kehidupan dan pemikiran tumbuh bersama dan menampakkan keindahannya.
Jangan terkecoh oleh ukuran buku ini yang tampak ringkas—isinya justru sangat padat dan layak dibaca berulang kali. Refleksi Angelo Scola memberi saya banyak hal yang selaras dengan pengalaman saya sendiri. Ia menulis tentang usia tua, tentang bagaimana masa itu datang kepadanya dengan cepat dan mengejutkan.
Ketika ia menyebut dirinya “tua” dengan jujur dan tenang, saya merasa sangat tersentuh. Ya, kita tidak perlu takut menjadi tua. Tidak ada yang harus disembunyikan dari kenyataan itu. Hidup adalah hidup, dan menolak kenyataan berarti menolak kebenaran. Saya bersyukur kepada Kardinal Scola karena telah mengembalikan makna sejati dari kata “tua” yang sering kali dianggap negatif.
Menjadi tua bukan berarti dibuang atau tidak berguna—seperti yang sayangnya kerap terjadi dalam budaya kita yang serba instan dan membuang yang dianggap tidak produktif. Menjadi tua berarti kaya akan pengalaman, kebijaksanaan, pengetahuan, kelembutan, perhatian, kemampuan untuk mendengarkan, dan kesabaran. Nilai-nilai seperti inilah yang sangat kita butuhkan hari ini.
Memang, setiap orang akan menjadi tua, tapi pertanyaannya bukan itu—melainkan, bagaimana kita menjalani masa tua itu. Jika kita melihatnya sebagai anugerah, bukan beban; jika kita menerimanya dengan hati penuh syukur meski tubuh mulai melemah dan kekuatan perlahan berkurang—maka masa tua akan menjadi tahap kehidupan yang sangat bermakna, penuh berkat, dan bisa memancarkan kebaikan. Itulah yang juga diajarkan oleh Romano Guardini.
Kardinal Scola juga menekankan peran penting kakek-nenek dalam kehidupan manusia. Saya pun sering menyampaikan betapa besar peran kakek-nenek dalam mendampingi pertumbuhan anak muda. Melalui teladan, nasihat, dan kebijaksanaan mereka, generasi muda bisa mendapatkan pandangan hidup yang lebih luas, akar sejarah, dan nilai-nilai yang kuat.
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kadang terlalu sibuk mengejar yang sementara dan tampilan luar, kehadiran kakek-nenek menjadi seperti mercusuar yang menerangi jalan cucu-cucu mereka, memberikan arah dan ketenangan. Mereka membawa “sesuatu yang lebih” dari pengalaman hidup mereka yang bisa dijadikan bekal untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Refleksi Kardinal Scola tentang penderitaan di masa tua dan persiapan menghadapi kematian adalah bagian yang sangat indah. Di sana kita bisa merasakan gema pemikiran teolog-teolog besar seperti Hans Urs von Balthasar dan Joseph Ratzinger—sebuah teologi yang tumbuh dalam doa, permenungan, dan keintiman dengan Tuhan.
Inilah mengapa saya katakan bahwa buku ini lahir bukan hanya dari pemikiran, tetapi juga dari kasih sayang. Kekristenan sejati tidak lahir hanya dari nalar atau aturan moral, melainkan dari kasih—kasih kepada pribadi, yaitu Kristus yang datang dan memanggil kita sebagai sahabat.
Penutup tulisan ini sangat menyentuh: pengakuan jujur dari Kardinal Scola tentang bagaimana ia mempersiapkan diri untuk perjumpaan terakhir dengan Yesus. Di sanalah kita menemukan harapan yang sungguh menghibur: bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru. Kehidupan kekal sudah mulai dijalani oleh mereka yang mencintai dan melayani dengan setia di dunia ini.
Dan karena itulah, ini adalah awal yang sungguh “baru”—karena kita akan memasuki sesuatu yang belum pernah kita alami sepenuhnya: kekekalan.
Dengan buku ini di tangan, saya teringat kembali akan pelukan penuh kasih yang saya berikan kepada Angelo Scola pada hari ketika saya pertama kali mengenakan jubah putih di Kapel Sistina. Kini kami berdua sudah jauh lebih tua dari saat itu, bulan Maret 2013, tapi kami tetap disatukan oleh rasa syukur kepada Tuhan yang selalu setia menyertai kita di setiap musim kehidupan.
Kota Vatikan, 7 Februari 2025
Sumber : Vatican News