KAMIS, 24 APRIL 2025
“Mata Mereka Terbuka: Dari Kekagetan Menuju Kesaksian”
Di pelataran Bait Allah, di bawah tiang-tiang Salomo, kerumunan orang mengerumuni Petrus dan Yohanes. Mereka heran, tercengang—seorang lumpuh sejak lahir kini melompat, berjalan, dan memuji Allah. Namun, yang lebih mengherankan bukanlah keajaiban itu sendiri, melainkan pergeseran pusat perhatian: dari mujizat menuju pewartaan. Petrus, bukan dalam semangat pembenaran diri, tapi dalam terang Roh, menegaskan bahwa kuasa penyembuhan itu bukan berasal dari dirinya atau Yohanes. Ia menuntun pandangan umat kepada Yesus—yang telah mereka tolak, serahkan, dan salibkan—dan yang kini, oleh Allah, telah dibangkitkan.
Pada saat yang hampir bersamaan, di sebuah rumah di Yerusalem, dua murid yang baru saja kembali dari Emaus tengah menceritakan pengalaman mereka bertemu dengan Sang Guru yang bangkit, ketika Yesus sendiri hadir di tengah-tengah mereka. Kaget dan takut, mereka menyangka melihat hantu. Namun Yesus menenangkan mereka dengan damai: “Lihat tangan-Ku dan kaki-Ku, Aku sendirilah ini.” Dalam momen itu, kedagingan dan keilahian saling bertemu. Tubuh kebangkitan-Nya bukan ilusi. Ia makan sepotong ikan goreng di hadapan mereka, bukan sebagai bukti kasar, tapi sebagai perwujudan cinta yang menjangkau batas keterbatasan manusia.
Dari kedua perikop ini, mengalirlah benang merah tentang transformasi: dari kekagetan menuju pemahaman, dari penyangkalan menuju kesaksian, dari kematian menuju kehidupan. Petrus tidak menyimpan luka penyangkalannya, tetapi mengubahnya menjadi keberanian untuk berkhotbah. Para murid tidak terus bersembunyi dalam ketakutan, tetapi akhirnya diutus sebagai saksi kebangkitan. Yesus tidak datang dengan penghakiman, tetapi dengan penghiburan dan pembukaan akal budi.
Ahli tafsir seperti N. T. Wright (2003, The Resurrection of the Son of God) menekankan bahwa kebangkitan bukanlah metafora spiritual, tetapi peristiwa historis dan transenden yang membalikkan arah sejarah. Dalam terang ini, kita membaca bahwa Injil bukan sekadar kisah lama, tapi undangan baru untuk menanggapi hidup dalam terang kebangkitan.
Sementara itu, Raymond E. Brown (1994, The Death of the Messiah) melihat peran para rasul sebagai jembatan antara sejarah penderitaan Mesias dan karya keselamatan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 3, Petrus tidak hanya menjelaskan peristiwa masa lalu, tetapi menghubungkannya dengan janji masa depan: pemulihan segala sesuatu dalam Kristus. Penekanan pada pertobatan bukan sebagai rasa bersalah semata, tetapi sebagai gerak balik menuju Allah yang murah hati.
Bacaan ini juga mengajak kita menafsirkan ulang penderitaan dan keajaiban dalam hidup kita. Dalam masyarakat yang lapar akan sensasi, mujizat seringkali menjadi konsumsi rohani yang instan. Namun seperti yang ditunjukkan Petrus, mujizat adalah pintu, bukan tujuan. Mereka adalah tanda dari Kerajaan yang sudah hadir, namun belum genap. Kita diundang untuk tidak berhenti pada kekaguman, tetapi melangkah ke dalam relasi yang hidup dengan Sang Mesias.
Dalam tradisi Ignatian, seperti yang diungkapkan oleh James Martin, SJ dalam Jesus: A Pilgrimage (2014), pengalaman akan Yesus yang bangkit bukan hanya sebuah dogma, tetapi perjumpaan yang menyembuhkan dan mengutus. Ketika Yesus menafsirkan Kitab Suci kepada para murid, Ia membuka bukan hanya makna teks, tetapi juga hati mereka. Di sinilah letak kekuatan sabda: ia menyalakan hati yang padam, menggerakkan langkah yang lumpuh, dan membuka mata yang tertutup.
Refleksi ini adalah undangan bagi kita untuk membuka mata—bukan hanya mata jasmani, tetapi mata batin yang kerap dibutakan oleh trauma, keraguan, atau keletihan rohani. Dalam tiap perayaan Ekaristi, Yesus yang bangkit juga hadir, menyapa, dan memberi damai. Kita dipanggil, seperti para murid, untuk menjadi saksi dari segala hal ini. Dan menjadi saksi berarti tidak hanya berkata, tetapi hidup sesuai dengan terang kebangkitan.
Daftar Pustaka:
- Wright, N. T. (2003). The Resurrection of the Son of God. Minneapolis: Fortress Press.
- Brown, Raymond E. (1994). The Death of the Messiah: From Gethsemane to the Grave. New York: Doubleday.
- Martin, James SJ. (2014). Jesus: A Pilgrimage. HarperOne.
- Fitzmyer, Joseph A. (1981). The Gospel According to Luke X–XXIV. Anchor Bible Series.
- Johnson, Luke Timothy. (1992). The Acts of the Apostles. Sacra Pagina Series.