Aku tidak pernah menuliskan rencana ini. Bahkan membayangkannya pun tidak. Tapi hari ini, aku justru menjalani sebuah kisah yang bukan berasal dari ambisiku sendiri—melainkan dari rencana Tuhan yang ternyata telah tertulis jauh sebelum aku menyadarinya.
Tahun 2022 menjadi titik balik dalam hidupku. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, aku merasa sudah cukup siap menapaki masa depan: bekerja di kantor, melanjutkan kuliah sesuai jurusan, membangun karier seperti yang sering kubayangkan. Tapi arah hidupku tiba-tiba berubah saat keluargaku menyarankan agar aku melanjutkan pendidikan di STP Santo Bonaventura KAM, Sumatera Utara.
Aku ragu. Ini bukan dunia yang kukenal, apalagi kuimpikan. Aku nyaris menolaknya. Tapi entah mengapa, aku tetap melangkah—meski dengan langkah yang berat dan hati yang penuh keraguan. Di awal masa studi, aku merasa seperti orang asing. Teman-teman seangkatan tampak begitu yakin dengan pilihan hidup mereka, sementara aku masih mencari makna dari kehadiranku di sana.
Namun perlahan, melalui proses belajar yang sederhana, pelayanan pastoral yang menantang, dan perjumpaan dengan banyak orang, hatiku mulai dibentuk. Dunia yang dulu terasa asing kini mulai menjadi bagian dari diriku. Aku belajar banyak hal: bukan hanya tentang teori, tapi tentang ketulusan, tentang hadir bagi sesama, dan tentang bagaimana cinta dan pengharapan bisa bekerja dalam tindakan nyata.
Di titik inilah aku mengerti bahwa rencanaku bukanlah segalanya. Firman Tuhan dalam Yesaya 55:8-9 menjadi nyata dalam hidupku: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Aku mulai sadar, Tuhan menulis kisahku dengan cara yang jauh lebih indah daripada apa yang bisa kutulis sendiri.
Kini aku tidak hanya menjalani pendidikan. Aku menjalani panggilan. Aku tidak lagi bertanya, “Mengapa harus ke sini?” Melainkan bersyukur, karena melalui jalan yang tak pernah kurencanakan ini, aku menemukan siapa diriku sebenarnya.
Dan pelajaran terbesar dari semua ini adalah:
Rencanaku memang tidak jadi nyata, tapi rencana Tuhan nyatanya jauh lebih sempurna.
Penulis : Ubania Simanjuntak, Mahasiswi STP Bonaventura Keuskupan Agung Medan