Mendampingi dengan Kasih dalam Terang Evangelii Gaudium dan Christus Vivit
Pendahuluan: Pemimpin dari Ruang Sunyi
Di tengah dunia yang penuh sorotan—tentang pencapaian, citra diri, dan panggung kepemimpinan yang sering diukur dari seberapa besar perhatian yang didapat—hadir sosok yang berbeda dari abad ke-4: Santa Monika. Ia tak dikenal luas semasa hidupnya, tak menulis karya teologis besar, tak mendirikan lembaga, apalagi tampil sebagai tokoh Gereja publik. Namun, dari dalam ruang sunyinya, Monika menjalankan kepemimpinan yang diam tapi mengubah sejarah.
Sebagai ibu, ia memilih jalan kasih, doa, dan pengorbanan. Ia tidak berusaha memimpin lewat jabatan, melainkan lewat kesetiaan yang tak tergoyahkan. Dari rahim kasihnya, lahir seorang Agustinus—anak yang kelak menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Gereja. Kepemimpinan Monika bukanlah jenis kepemimpinan yang mencolok, tetapi justru itulah yang membuatnya begitu kuat dan relevan, terutama bagi generasi muda Katolik hari ini yang sedang mencari makna sejati dalam hidup.
Santa Monika: Keteladanan dari Kehidupan Sehari-hari
Monika lahir sekitar tahun 331 M di Thagaste, Afrika Utara—kini bagian dari Aljazair. Ia tumbuh dalam keluarga Kristen dan kelak menikah dengan Patricius, seorang pria yang keras kepala dan tidak seiman. Namun, Monika tidak menyerah. Ia tidak mengubah suaminya lewat debat atau argumen panjang, tetapi lewat kesabaran dan teladan hidup.
Namun perjuangan terbesarnya adalah demi pertobatan putranya, Agustinus. Ia mengikuti Agustinus dari satu kota ke kota lain—Carthage, Roma, hingga Milan—dengan air mata dan doa. Monika percaya bahwa meskipun dunia menolak anaknya, Tuhan tidak akan pernah melepaskannya. Ia menjadi pemimpin dalam arti yang terdalam: yang menemani dalam kasih, bukan yang mengatur dari atas.
Evangelii Gaudium: Injil yang Diwartakan dengan Kasih
Dalam Evangelii Gaudium (2013), Paus Fransiskus menekankan bahwa setiap orang Kristiani, tak peduli apa pun peran dan posisinya, dipanggil untuk menjadi pewarta Injil.
“Setiap orang Kristiani sejati adalah seorang pewarta Injil” (EG 120).
Monika menghidupi panggilan ini secara total. Ia tidak menyampaikan khotbah di mimbar, tetapi hidupnya sendiri menjadi pewartaan. Kasih, kelembutan, dan ketekunannya menjadi Injil yang hidup. Bagi Orang Muda Katolik (OMK), Monika memberi inspirasi bahwa mewartakan Injil tidak harus lewat acara besar, tapi bisa melalui perhatian yang tulus, kesetiaan dalam relasi, dan keteguhan dalam mendampingi yang lemah.
“Evangelisasi memerlukan kesabaran dan memperhatikan proses orang lain” (EG 24).
Seperti Monika, kita diajak untuk bersabar dalam mendampingi orang lain. Dalam dunia yang serba instan, ketekunan dan kesetiaan adalah bentuk kepemimpinan yang mulai langka, tapi sangat dibutuhkan.
Christus Vivit: Orang Muda, Masa Kini Tuhan
Dalam Christus Vivit (2019), Paus Fransiskus menegaskan bahwa kaum muda bukan sekadar “masa depan”, tapi juga “masa kini” Gereja.
“Kalian adalah masa kini Tuhan, dan Ia menginginkan kalian untuk berbuah” (CV 178).
Santa Monika adalah contoh nyata bahwa hidup yang sederhana, ketika dijalani dengan kasih dan kesetiaan, dapat menghasilkan buah yang kekal. Ia tidak menunggu waktu yang sempurna untuk “berbuat sesuatu bagi Tuhan”. Ia hadir, di saat itu juga, dengan apa yang ia punya: doa dan cinta seorang ibu.
“Orang muda memiliki kekuatan besar yang bisa mengubah dunia jika digabungkan dengan kasih dan keberanian” (CV 174).
Monika tidak sempurna, tapi ia setia. Dan itulah kekuatan sejati. Bagi OMK, pesan ini jelas: tidak perlu menunggu menjadi hebat, cukup jadi pribadi yang setia dan penuh kasih hari ini.
Kepemimpinan yang Menyembuhkan
Kepemimpinan Santa Monika berbeda dari gambaran umum tentang kekuasaan. Ia tidak memimpin dengan kontrol, tapi dengan kehadiran. Ia tidak memberi perintah, tapi menawarkan pengampunan. Ia menjadi pendamping yang setia, bukan pengatur yang keras.
Hari ini, banyak anak muda hidup dalam kelelahan emosional, kebingungan makna, dan relasi yang retak. Dunia butuh pemimpin seperti Monika: yang hadir, mendengarkan, menyembuhkan, dan tidak menghakimi. Kepemimpinan semacam ini adalah bentuk cinta yang menyeluruh—cura personalis, perhatian pada keseluruhan pribadi.
Langkah Nyata Bagi Orang Muda
Agar semangat Monika bisa nyata dalam hidup sehari-hari, ada beberapa langkah konkret yang bisa diambil oleh OMK:
- Doa dan Pendampingan
Jadilah pemimpin yang mendoakan mereka yang dipercayakan padamu. Hadir bukan untuk memberi solusi instan, tapi untuk setia menemani. - Ciptakan Ruang Aman
Bangun komunitas yang menjadi tempat pulang bagi siapa pun, bukan hanya mereka yang tampak “baik”. Seperti Monika yang memeluk Agustinus apa adanya. - Keheningan di Dunia Digital
Dalam kebisingan media sosial, jadilah “Monika digital”—hadirkan pesan kasih, doa, dan penguatan yang menenangkan, bukan hanya mengejar viralitas. - Ketekunan dalam Kebaikan
Pemimpin sejati tidak menyerah. Seperti Monika yang terus mendoakan Agustinus selama 17 tahun, kita pun diajak untuk tetap setia meski hasil belum tampak.
Penutup: Kepemimpinan yang Tak Terlihat, Tapi Menggerakkan Dunia
Santa Monika tidak punya jabatan, tidak memiliki mikrofon atau panggung besar. Tapi ia memimpin dalam cinta—dan cinta yang seperti itulah yang mengubah dunia.
Hari ini, ketika banyak yang berlomba-lomba menjadi “besar” di luar, Gereja memanggil generasi mudanya untuk menjadi besar di dalam: dalam cinta, doa, kesetiaan, dan kehadiran. Seperti Santa Monika, kita tidak perlu menjadi yang paling keras suaranya. Cukup menjadi yang paling dalam kasihnya.
Dan mungkin, justru dari ruang-ruang sunyi yang penuh kasih itulah, dunia akan benar-benar berubah.
Pace e Bene.