SELASA, 19 NOVEMBER 2024
Bacaan hari ini, Selasa, 19 November 2024 dari Kitab Wahyu 3:1-6.14-22 dan Injil Lukas 19:1-10 mengajak kita merenungkan tema besar tentang kebangunan rohani, kasih karunia, dan janji keselamatan. Ketiganya menghadirkan panggilan Tuhan bagi umat manusia untuk meninggalkan hidup yang suam-suam kuku, bertobat, dan menemukan hidup baru dalam relasi yang penuh kasih dengan-Nya.
Panggilan untuk Bangun
Dalam Wahyu 3:1-6, pesan kepada jemaat di Sardis menjadi peringatan serius bagi mereka yang “hidup di luar tetapi mati di dalam.” Sardis, yang secara historis adalah kota kaya tetapi telah berulang kali jatuh karena kelalaian, menjadi simbol dari kehidupan yang tampak baik di permukaan tetapi kosong di dalam. Tuhan berkata, “Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang hampir mati” (Why 3:2).
Teolog Craig Keener dalam Revelation (2000) menegaskan bahwa panggilan untuk “bangun” ini adalah undangan untuk memperhatikan tanda-tanda kerohanian yang menurun, baik dalam konteks pribadi maupun komunitas. Menurut Keener, Sardis adalah contoh gereja yang terjebak dalam rutinitas tanpa kuasa rohani, mencerminkan banyak kehidupan Kristen modern yang sibuk tetapi tanpa keintiman dengan Allah.
Secara konkret, ini dapat dilihat dalam kehidupan seorang profesional yang begitu sibuk dengan kariernya hingga mengabaikan waktu doa, membaca firman Tuhan, dan pelayanan kepada sesama. Tuhan memanggil mereka untuk bertobat dan mengenakan pakaian putih—simbol kekudusan dan pembaruan.
Suam-suam Kuku
Surat kepada jemaat di Laodikia berbicara tentang kehidupan yang suam-suam kuku—tidak dingin, tidak panas. Kehidupan seperti ini menjadi simbol dari keengganan untuk berkomitmen penuh kepada Tuhan. Tuhan berkata, “Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Namun, surat ini juga menyampaikan harapan, karena Tuhan berdiri di depan pintu, mengetuk, menunggu mereka membuka hati mereka kepada-Nya (Why 3:20).
Teolog Grant R. Osborne dalam Revelation (2002) menjelaskan bahwa Laodikia, yang dikenal sebagai kota kaya, menjadi simbol manusia yang merasa cukup dengan dirinya sendiri, lupa bahwa kekayaan rohani hanya datang dari Tuhan. Undangan Yesus untuk masuk dan makan bersama adalah simbol dari relasi yang intim dan penuh kasih, sebuah undangan yang ditawarkan kepada semua orang.
Bayangkan seorang pengusaha sukses yang merasa tidak membutuhkan Tuhan karena segala sesuatunya tampak berjalan lancar. Namun, ketika ia menghadapi krisis yang mengungkap kehampaan hidupnya, ia menyadari bahwa hanya relasi dengan Tuhan yang dapat memenuhi kebutuhan terdalamnya.
Transformasi Zakheus
Kisah Zakheus menampilkan perjumpaan yang transformatif antara seorang pendosa dan Yesus. Zakheus, seorang pemungut cukai kaya yang dibenci masyarakat, memanjat pohon untuk melihat Yesus. Ketika Yesus menghampirinya dan berkata, “Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu,” hidup Zakheus berubah sepenuhnya. Ia bertobat, mengembalikan apa yang telah ia curi, dan memberikan hartanya kepada orang miskin.
William Barclay dalam The Gospel of Luke (1975) menekankan bahwa Yesus melihat potensi di dalam Zakheus yang tidak dilihat orang lain. Pertobatan Zakheus bukan hanya kata-kata tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata, menunjukkan bagaimana kasih karunia dapat membawa perubahan radikal dalam kehidupan seseorang.
Panggilan untuk Bertobat
Bacaan-bacaan ini mengingatkan kita tentang perjalanan iman yang sering kali membutuhkan evaluasi mendalam. Sardis mengajarkan pentingnya kesadaran akan kondisi rohani kita, Laodikia memperingatkan bahaya dari rasa cukup diri yang palsu, dan Zakheus menunjukkan bagaimana kasih karunia dapat membawa pembaruan total.
Karl Barth pernah berkata, “Pertobatan bukanlah sekadar tindakan manusia, melainkan respons terhadap panggilan kasih Allah.” Tuhan memanggil setiap kita, mengetuk pintu hati kita, seperti yang dilakukan-Nya kepada Zakheus dan jemaat di Sardis dan Laodikia.
Hidup kita mungkin menyerupai Sardis yang mati secara rohani, atau Laodikia yang suam-suam kuku. Namun, seperti Zakheus, kita memiliki kesempatan untuk membuka hati kita kepada Yesus dan membiarkan kasih-Nya mengubah kita.
Refleksi :
- Apakah saya hidup dalam kemunafikan seperti Sardis?
- Apakah saya terlalu nyaman dengan dunia seperti Laodikia?
- Bagaimana saya bisa merespons kasih karunia Tuhan seperti Zakheus?
Semoga kita semua terus bertumbuh dalam kasih karunia dan kebenaran, mengenakan pakaian putih yang memuliakan Tuhan, dan membuka pintu hati kita kepada-Nya yang mengetuk dengan penuh kasih.
DAFTAR PUSTAKA:
- Barclay, William. The Gospel of Luke. Westminster John Knox Press, 1975.
- Bauckham, Richard. The Theology of the Book of Revelation. Cambridge University Press, 1993.
- Keener, Craig S. Revelation. Zondervan, 2000.
- Osborne, Grant R. Revelation. Baker Academic, 2002.
- Wright, N.T. Revelation for Everyone. SPCK, 2011.
Tq sudah mengingatkan lewat sharing ini👍🙏💪🔥🇮🇩❤️
Fenomena ini nampak dalam kehidupan gereja dam masyarakat. Refleksi berikutnya adalah mengapa api di dalam itu sampai padam ?