Jumat, 10 Januari 2025
Percaya dan Disentuh oleh Kasih: Sebuah Refleksi tentang Kemenangan Iman dan Sentuhan Ilahi
Hari ini, Jumat, 10 Januari 2025, bacaan dari 1 Yohanes 5:5-13 dan Lukas 5:12-16 adalah undangan untuk menyelami makna iman yang sejati dan kasih yang menyembuhkan. Dua nas ini membimbing kita ke inti pesan Kristus: kemenangan melalui iman dan kehadiran Allah yang menyentuh luka terdalam umat-Nya.
1 Yohanes 5:5-13 berbicara tentang iman sebagai kemenangan yang mengatasi dunia. Yohanes menegaskan bahwa hanya mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dapat mengalahkan dunia. Kesaksian Allah tentang Putra-Nya melalui air, darah, dan Roh menjadi bukti nyata bahwa hidup kekal adalah milik mereka yang percaya. Dalam tafsirnya, Raymond E. Brown (1997) dalam The Epistles of John menyatakan bahwa air dan darah merujuk pada pembaptisan dan kematian Yesus, yang memperlihatkan kasih Allah yang tak terbatas. Roh Kudus menjadi saksi yang terus bekerja dalam hati orang percaya, menguatkan mereka dalam setiap pergumulan hidup.
Lukas 5:12-16 membawa kita ke perjumpaan yang menggetarkan antara Yesus dan seorang yang penuh kusta. Dalam keheningan yang menyakitkan, lelaki itu datang dengan penuh keberanian, menyatakan iman yang mendalam: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Respons Yesus sangatlah manusiawi dan ilahi sekaligus: Dia menjamah lelaki itu dan berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Dalam sekejap, penyakit itu lenyap. Tafsir dari N.T. Wright dalam Luke for Everyone (2004) menyoroti tindakan Yesus yang melampaui norma sosial dan hukum agama. Dengan menjamah si kusta, Yesus bukan hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga memulihkan martabat dan hubungan sosialnya. Tindakan ini menunjukkan bahwa belas kasih Allah tidak mengenal batas.
Menyelami kedua bacaan ini, kita diundang untuk merenungkan bahwa iman bukan sekadar kepercayaan intelektual, melainkan suatu hubungan yang hidup dengan Allah yang menyentuh kita secara personal. Ketika Yohanes berbicara tentang kemenangan iman, itu berarti menaklukkan ketakutan, keraguan, dan keterasingan yang sering menguasai hati manusia. Ketika Lukas menggambarkan sentuhan Yesus kepada si kusta, itu adalah simbol kehadiran Allah yang nyata dalam luka-luka kita, baik fisik maupun batin.
Para teolog seperti Karl Rahner dalam Theological Investigations (1974) menekankan bahwa iman bukanlah pelarian dari kenyataan, melainkan keberanian untuk menghadapi dunia dengan kekuatan yang berasal dari kasih Allah. Dalam iman, kita menemukan kekuatan untuk melampaui batasan-batasan kita dan berjalan dalam cahaya hidup kekal yang dijanjikan.
Sentuhan kasih Yesus juga mengingatkan kita pada panggilan untuk menjadi saksi cinta kasih di dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan “orang-orang kusta” modern—mereka yang tersingkirkan, dilupakan, dan terluka. Kisah ini mengundang kita untuk melampaui ketakutan dan prasangka, menjangkau mereka dengan tangan kasih yang penuh keberanian.
Kehidupan yang dijanjikan dalam 1 Yohanes 5:5-13 dan kesembuhan yang terjadi dalam Lukas 5:12-16 adalah dua sisi dari mata uang yang sama: pengharapan dalam iman dan pengalaman akan kasih Allah yang nyata. Dalam refleksi ini, kita diajak untuk percaya bahwa Allah tidak hanya memberi kita hidup kekal, tetapi juga berjalan bersama kita, menyentuh luka-luka kita, dan membaharui kita setiap hari.
Daftar Pustaka
- Brown, Raymond E. (1997). The Epistles of John. Yale University Press.
- Wright, N.T. (2004). Luke for Everyone. Westminster John Knox Press.
- Rahner, Karl. (1974). Theological Investigations. Herder and Herder.