Pemilihan Paus atau yang dikenal dengan istilah Konklaf merupakan tradisi kuno yang telah berlangsung sejak Abad Pertengahan. Praktik ini dirancang untuk mencegah kekosongan Tahta Suci yang berkepanjangan (Sede Vacante) serta membatasi campur tangan pihak luar dalam pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Asal-usul istilah “Konklaf” sendiri berasal dari bahasa Latin: cum yang berarti “dengan” dan clavis yang berarti “kunci”. Istilah ini merujuk pada sebuah tempat tertutup di mana para Kardinal berkumpul secara eksklusif untuk memilih Paus baru. Tradisi ini resmi diperkenalkan pada tahun 1274 oleh Paus Gregorius X (kesepuluh), pasca pengalaman panjang dan pelik dalam pemilihan sebelumnya.
Awal Reformasi Pemilihan Paus
Sebelum sistem Konklaf diterapkan, proses pemilihan pemimpin Gereja dilakukan oleh komunitas gerejawi, di mana para rohaniwan mempertimbangkan kandidat yang diusulkan umat, dan para uskup memilih Paus. Campur tangan kekuatan politik kerap memperumit situasi. Baru pada 1059, Paus Nicholas II melalui Bulla In nomine Domini menetapkan bahwa hanya para Kardinal yang berhak memilih Paus.
Kemudian, pada 1179, Paus Alexander III melalui Konstitusi Licet de vitanda menetapkan syarat mayoritas dua pertiga suara — aturan penting yang masih diterapkan hingga kini.
Pemilihan Terlama dalam Sejarah Gereja
Perjalanan menuju sistem Konklaf yang ketat bermula dari pemilihan di Viterbo pada 1268-1271. Pemilihan ini tercatat sebagai yang terlama dalam sejarah Gereja Katolik. Selama hampir tiga tahun, 18 Kardinal gagal mencapai mufakat. Rakyat Viterbo akhirnya mengurung mereka di dalam istana dan mengunci pintu. Akhirnya, Teobaldo Visconti, seorang Diakon Agung di Liège yang bukan Kardinal maupun imam, terpilih dan naik takhta sebagai Paus Gregorius X.
Pengalaman itu mendorong Paus Gregorius X meresmikan institusi Konklaf lewat Konstitusi Ubi periculum pada 1274, mewajibkan para Kardinal dikurung dalam ruang tertutup selama proses pemilihan, demi menghindari tekanan politik maupun pribadi.
Konklaf di Kapel Sistina dan Reformasi Abad Modern
Konklaf pertama pasca Ubi periculum berlangsung di Arezzo, Tuscany, pada 1276, yang menghasilkan Paus Innosensius V. Seiring waktu, berbagai Paus terus memperbaiki tata cara pemilihan. Pada 1621, Paus Gregorius XV mewajibkan pemungutan suara secara rahasia dan tertulis. Paus Pius X (kesepuluh) kemudian, pada 1904, menghapus hak pengecualian (jus exclusivae) yang dulu dimiliki negara-negara tertentu, serta memperketat kerahasiaan Konklaf.
Memasuki abad ke-20, Paus Pius XII menerbitkan Konstitusi Apostolik Vacantis Apostolicae Sedis pada 1945, mempertegas ketentuan soal tugas dan wewenang selama Sede Vacante. Salah satu poin penting adalah bahwa semua pejabat Vatikan, termasuk Sekretaris Negara, harus berhenti dari tugasnya, kecuali Camerlengo, Penjara Apostolik, dan Vikaris Roma.
Kemudian, Paus Paulus VI melalui Motu proprio Ingravescentem Aetatem menetapkan bahwa hanya Kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara dalam Konklaf.
Konklaf Tidak Selalu di Kapel Sistina
Meskipun Konklaf identik dengan Kapel Sistina, nyatanya baru pada 1492 tempat ini pertama kali dipakai untuk pemilihan Paus. Sejak 1878, semua Konklaf diadakan di Kapel Sistina. Sebelumnya, berbagai lokasi digunakan, sebagian besar di Roma, namun 15 Konklaf pernah digelar di luar Kota Abadi, termasuk di Prancis (1314-1316) dan Jerman (1415-1417).
Paus Yohanes Paulus II dalam Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis secara resmi menetapkan Kapel Sistina sebagai lokasi tetap Konklaf.
Durasi Konklaf sangat bervariasi sepanjang sejarah. Pemilihan terlama, seperti disebutkan sebelumnya, terjadi saat pengangkatan Gregorius X (kesepuluh) selama lebih dari dua tahun. Sebaliknya, Konklaf tercepat berlangsung hanya dalam hitungan jam pada 1503, yang memilih Paus Julius II.
Konklaf terakhir, yang memilih Paus Fransiskus pada 13 Maret 2013, selesai dalam waktu kurang dari dua hari dengan lima kali pemungutan suara. Biasanya, Paus terpilih muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk menyapa umat dalam waktu satu jam setelah asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina.
Walaupun selama berabad-abad Paus selalu dipilih dari antara para Kardinal, hal itu bukanlah syarat mutlak. Urbanus VI pada 1378 tercatat sebagai Paus terakhir yang diangkat tanpa terlebih dahulu menjadi Kardinal.