Kota Vatikan – Di bawah tatapan abadi lukisan-lukisan Michelangelo, tradisi kuno Gereja Katolik kembali dijalankan: memilih Paus baru, yang akan menjadi penerus ke-267 takhta Santo Petrus.
Rangkaian ritual diawali pagi harinya sekitar pukul 10.00 waktu setempat, ketika Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, memimpin Missa pro eligendo Romano Pontifice di Basilika Santo Petrus—sebuah misa khusus untuk memohon bimbingan Roh Kudus dalam pemilihan Paus.
Menjelang sore, pukul 15.45, para kardinal terpilih berkumpul di Kapel Paulus. Dalam barisan teratur, mereka berjalan menuju Kapel Sistina, menyanyikan Litani Para Kudus dan Veni Creator Spiritus, seruan rohani yang memohon kehadiran Roh Kudus dalam proses pemilihan. Prosesi ini dipimpin salib, diikuti paduan suara, para imam, dan pejabat-pejabat liturgis, dengan para kardinal berjalan dalam urutan protokoler: dari para diakon, imam, hingga uskup.
Sesampainya di Kapel Sistina, setiap kardinal maju satu per satu, meletakkan tangan di atas Injil dan mengucapkan sumpah kerahasiaan yang mengikat mereka selama dan setelah konklaf. Sumpah itu diakhiri dengan kata-kata yang berat namun sakral: “Jadi tolonglah saya Tuhan dan Injil Kudus yang saya sentuh dengan tangan saya ini.”
Begitu seluruh sumpah selesai, terdengarlah perintah yang menandai awal konklaf: Extra omnes!—semua yang tidak berkepentingan diminta keluar. Kapel Sistina ditutup rapat. Di dalam, hanya tersisa para kardinal dan atmosfer kontemplatif. Kardinal Raniero Cantalamessa kemudian memberikan meditasi pembuka, mengantar para pemilih memasuki suasana batin yang hening dan penuh penilaian rohani.
Mulai saat itu, para kardinal resmi terkunci cum clave—“dengan kunci”—di dalam Kapel Sistina. Setiap hari, bisa dilakukan hingga empat kali pemungutan suara. Untuk terpilih sebagai Paus, seorang kandidat harus memperoleh dua pertiga suara, yaitu minimal 89 dari 133 suara. Asap hitam dari cerobong kapel berarti belum ada hasil. Asap putih, disertai dentang lonceng, akan menandai terpilihnya Paus baru.
Konklaf tahun ini menjadi salah satu yang paling beragam dalam sejarah Gereja. Para kardinal pemilih berasal dari 70 negara, mencerminkan komitmen Paus Fransiskus terhadap Gereja yang lebih inklusif dan representatif secara global.
Di balik dinding-dinding Sistina, kerahasiaan menjadi hukum tertinggi. Semua pihak yang terlibat—baik rohaniwan, tenaga medis, hingga petugas kebersihan—terikat sumpah kerahasiaan yang jika dilanggar, dapat berujung pada ekskomunikasi latae sententiae. Vatikan pun menerapkan pengamanan ketat: pelumpuh sinyal, larangan total perangkat elektronik, dan pengawasan menyeluruh, demi menjaga kesucian proses dari gangguan dunia luar.
Tak seorang pun tahu pasti apa yang dibicarakan di balik tembok sakral itu. Namun dunia kini menanti satu tanda: asap dari cerobong kecil di atas kapel. Sebuah sinyal sederhana yang membawa harapan umat Katolik sedunia—tanda hadirnya Bapa Suci yang baru.
Sumber : Vatican News