JUMAT, 28 MARET 2025
Dalam perjalanan panjang iman Israel, ada saat-saat ketika mereka jatuh dan berpaling dari Allah, tetapi ada juga momen-momen ketika mereka dipanggil kembali kepada kasih setia-Nya. Bacaan hari ini dari kitab Hosea adalah sebuah panggilan pertobatan yang penuh kelembutan. “Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu” (Hos. 14:2). Allah tidak meminta pengorbanan hewan atau persembahan materi, tetapi hati yang hancur dan kembali kepada-Nya dengan keikhlasan. Hosea, yang sering disebut sebagai nabi kasih setia, menampilkan Allah sebagai seorang kekasih yang tidak pernah lelah menunggu kembalinya umat-Nya.
Mazmur hari ini memperdengarkan suara Tuhan yang mengingatkan umat-Nya akan kasih dan kesetiaan-Nya. “Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing” (Mzm. 81:10). Ini bukan sekadar perintah, tetapi sebuah undangan untuk tetap berada dalam relasi yang mendalam dengan Allah. Seperti yang dikatakan oleh Walter Brueggemann dalam The Psalms and the Life of Faith (1995), Mazmur adalah doa yang bukan hanya menyampaikan pujian, tetapi juga mengandung peringatan agar manusia tidak berpaling kepada berhala yang menyesatkan.
Injil Markus hari ini membawa kita kepada ajaran Yesus tentang perintah terbesar. Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Perintah manakah yang paling utama?” (Mrk. 12:28). Jawaban Yesus sederhana namun penuh kedalaman: mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Jawaban ini bukan hanya ringkasan hukum Taurat, tetapi inti dari seluruh hidup beriman. Richard B. Hays dalam The Moral Vision of the New Testament (1996) menekankan bahwa ajaran Yesus ini bukan sekadar hukum, melainkan panggilan untuk menjalani kehidupan dalam kasih yang nyata dan radikal.
Percakapan antara Yesus dan ahli Taurat diakhiri dengan sebuah pernyataan yang menggetarkan: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah” (Mrk. 12:34). Kata-kata ini menunjukkan bahwa pemahaman intelektual saja tidak cukup; kasih harus diwujudkan dalam tindakan. Seperti yang ditulis oleh N.T. Wright dalam Jesus and the Victory of God (1996), kasih yang sejati bukanlah sekadar emosi atau pemikiran, tetapi sebuah keputusan untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah dan dalam kepedulian terhadap sesama.
Bacaan hari ini mengajak kita untuk kembali kepada inti dari iman kita: kasih kepada Allah dan sesama. Hosea mengundang kita untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan, Mazmur mengingatkan kita untuk tidak berpaling dari-Nya, dan Injil menegaskan bahwa semua hukum berpuncak pada kasih. Di tengah kehidupan yang penuh tantangan dan distraksi, kita diingatkan untuk menempatkan kasih sebagai pusat dari segala yang kita lakukan. Hanya dengan demikian, kita dapat semakin dekat dengan Kerajaan Allah.
Daftar Pustaka:
- Brueggemann, Walter. The Psalms and the Life of Faith. Fortress Press, 1995.
- Hays, Richard B. The Moral Vision of the New Testament. HarperSanFrancisco, 1996.
- Wright, N.T. Jesus and the Victory of God. Fortress Press, 1996.