Minggu, 1 Juni 2025 – Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia
Ketika batu-batu menghantam tubuh Stefanus, tidak ada kata kasar keluar dari mulutnya. Sebaliknya, yang terdengar adalah seruan penuh pengampunan: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka.” Dalam sekaratnya, Stefanus tidak berteriak melawan, tetapi berdoa. Ia tidak berkomunikasi dengan kemarahan, melainkan dengan hati yang dipenuhi Roh Kudus. Inilah wajah sejati komunikasi Kristen—sebuah komunikasi yang melampaui kata dan masuk ke wilayah kesaksian hidup, yang memancarkan harapan meski dalam penganiayaan.
Pada Hari Komunikasi Sedunia ke-59, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk “mengkomunikasikan harapan yang ada di dalam hati kita dengan lembut”. Ia menulis, “Dalam dunia yang sering ditandai oleh konflik verbal, retorika permusuhan, dan kesia-siaan digital, komunikasi yang lahir dari harapan menjadi tanda kenabian yang mendamaikan.” (Paus Fransiskus, 2025). Bacaan-bacaan hari ini menyingkap bahwa harapan bukanlah optimisme kosong, melainkan keyakinan yang muncul dari perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit—yang terus hadir dalam dunia melalui orang-orang yang bersaksi, seperti Stefanus.
Yesus dalam doa-Nya yang agung (Yoh. 17:20-26) tidak berbicara kepada individu-individu dalam isolasi, tetapi memohon kepada Bapa bagi kesatuan semua orang yang percaya kepada-Nya. Harapan-Nya adalah kesatuan, dan cara menyampaikannya bukan dengan paksaan, melainkan dengan kelembutan doa. Doa ini menjadi bentuk komunikasi terdalam: bukan argumentasi, melainkan persekutuan kasih.
Dalam kitab Wahyu, Sang Kristus berseru, “Aku datang segera!”—suatu deklarasi yang tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengundang: “Barangsiapa yang haus, baiklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma” (Why. 22:17). Di sini, komunikasi bukanlah instruksi atau tekanan, tetapi undangan penuh cinta. Kehadiran Tuhan yang akan datang adalah janji harapan, bukan ancaman.
Ketiga bacaan ini mengalir dalam satu arus yang sama: harapan yang disampaikan bukan dalam kebisingan, melainkan dalam kelembutan; bukan dalam kemenangan duniawi, tetapi dalam kesatuan ilahi. Stefanus yang dilempari batu tidak kalah; ia bersinar dalam kemenangan kasih. Doa Yesus bukanlah upaya untuk menyatukan lewat kekuatan, tetapi melalui relasi yang mencerminkan kasih Bapa. Dan Wahyu mengajak semua yang haus—tidak dengan intimidasi, tetapi dengan kerendahan hati surgawi.
Di tengah dunia yang dipenuhi ujaran kebencian dan komunikasi yang semakin kehilangan makna spiritualnya, kita dipanggil untuk menjadi saksi seperti Stefanus—bukan hanya pembawa pesan, tetapi pesan itu sendiri. Komunikasi yang lembut dan penuh harapan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan rohani yang membebaskan. Kita diundang untuk berbicara dengan roh, bukan hanya dengan kata; dengan cinta, bukan hanya dengan opini.
Daftar Pustaka:
- Brown, Raymond E. The Gospel According to John XIII–XXI. Yale University Press, 1970.
- Balthasar, Hans Urs von. Love Alone is Credible. Ignatius Press, 2004.
- Wright, N.T. Acts for Everyone, Part 2: Chapters 13–28. SPCK, 2008.
- Paus Fransiskus. Pesan untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-59: “Komunikasikan Harapan yang Ada di Dalam Hatimu dengan Lembut”, Vatikan, Januari 2025.
- Moloney, Francis J. The Gospel of John. Liturgical Press, 2005.
- Brueggemann, Walter. Hope Within History. Westminster John Knox Press, 1987.